Monthly Archives: Maret, 2022

PRA-PASKAH ADALAH MOMENTUM UNTUK RENDAH HATI

Renungan katolik, Senin, 21 Maret 2022 (

Romo John Samur, Pr

Pastor Paroki Sita Keuskupan Ruteng

2Raja-Raja 5:1-15

Mazmur 42:2.3; 43:3.4

Lukas 4:24-30

Selamat bertemu lagi di hari baru Senin 21 Maret 2022, pekan III prapaskah, yang penuh berkat buatmu semua; ibu, bapa, saudari, saudara, para sahabat, kenalanku, para orang muda, anak-anak dan seluruh keluargaku di manapun berada, yang sungguh saya kasihi dalam Tuhan kita Yesus Kristus.

Permenungan sekenanya saja

“Mendengar itu sangat marahlah semua orang dalam rumah ibadat itu”(Lukas 4:28). Benar! Kita butuhkan kata-kata dukungan; saat kita berada dalam sebuah usaha, apapun itu. Saat kita dalam situasi sulit. Ketika jalan hidup kita terasa meredup dan sudah tak tentu arah.

Kita juga butuh pujian yang wajar saat ada hal yang baik, meyakinkan telah kita lewati. Ketika akhirnya kita mencapai titik tujuan dari sebuah harapan dan cita-cita. Bukan soal kita telah diracuni virus dahaga akan pujian atau haus aplaus. Tidak!

Memang kita tentu tak selamanya cermerlang di lintasan hidup kita. Kadang ada ‘keyakinan’ yang kita amini sebagai sebuah kebenaran, tetapi faktanya kita keliru, kita salah, bahkan kita terseret arah.

Bisa juga terjadi bahwa ada begitu banyak suara yang mentakhtakan kita di ketinggian pujian. Bahkan bisa jadi kita menempatkan diri kita sendiri di area elitis, serba berhasil, selalu unggul, punya reputasi, populer, super hebat dan ‘berbungkus pakaian kesalehan’. Padahal, faktanya kita masih berkutat dalam pujian palsu dan hampa serta pengakuan kosong. Kita terjebak dan menjadi rapuh oleh pujian yang tidak lazim, bahkan aneh mengarah ke aneh-aneh.

Dalam situasi seperti ini, kita butuh suara-suara korektif, untuk menata ulang tampilan diri kita. Kita bongkar semua keyakinan palsu dalam diri kita. Kita bangun kembali hidup kita yang berkualitas, yang kaya arti, yang kaya makna, yang berbobot. Kita butuh suara-suara kritis untuk menegur dan mengingatkan diri kita sendiri secara keras. Sebab kita memang bukan segalanya.

Apakah orang Nazaret hanya ingin disanjung? Hanya mau diakui bahwa mereka adalah ‘keturunan Abraham’ yang berhak mewarisi kebenaran dan keselamatan? Mereka lebih terhormat dari janda Sarfat di tanah Sidon? Lebih mulia dari Naaman, orang Siria itu? Orang Nazaret tidak menerima bahwa di atas keyakinan, kebenaran punya mereka masih ada kebenaran tertinggi dalam Yesus.

Saudari, saudara, para sahabat yang terkasih. Pra-paskah adalah satu momentum bagi kita untuk bertarung supaya kita miliki kerendahan hati. Kerendahan hati adalah modal utama kita untuk menerima teguran, untuk dikoreksi, untuk dibetulkan.

Sayangnya bila di dunia ini, dalam relasi sosial kebersamaan ternyata terlalu sedikit jumlah orang rendah hati, yang berani mendengar demi kebenaran dan kebaikan. Sementara itu, bertaburan jumlah orang yang sulit dikoreksi. Yang ‘cepat emosi’ dan selalu saja punya cara melakukan serangan balik berwajah sangar dengan reaksi yang lebih gila lagi.

Kelakuan orang-orang Nazaret dalam rumah ibadat itu ‘menghalau kebenaran dan mau melemparkan kebenaran dari tebing gunung’ (Lukas 4:29). Sebab, mereka terlanjur aman dalam ‘kebenaran’ hasil racikan mereka sendiri. Mereka sungguh menikmatinya dan tidak ingin diluruskan.

Kita juga tidak kurang sering berprilaku naif dan keji seperti orang Nazaret kebanyakan, yang senang dan betah menetap dalam ‘kebenaran’ racikan sendiri, mengagungkan jabatan, kedudukan, kehebatan, harta, kesuksesan daripada tampil low profile, sederhana, simpel, lemah lembut, rendah hati, jujur dan dan menghormati sesama tanpa memandang apa yang dilabelkan dan melekat pada dirinya.

Tuhan, Bapa yang Maharahim, ampunilah aku orang berdosa, yang sering mengandalkan kemampuan sendiri, pangkat, jabatan, atribut, kedudukan, popularitas, kehebatan, harta  atau kekayaan duniawi. Aku kurang menunjukkan sikap lemah lembut, kerendahan hati, kejujuran, ketulusan, kesederhanaan. Aku sering menghormati orang lain dengan memandang dan mempertimbangkan pangkat, kedudukan atau status orang lain. Tuhan, ampunilah aku orang berdosa ini.

Salamku dalam kasih Yesus dari pastoran Sita. Berkat Tuhan yang amat melimpah tercurah dalam Ekaristi Kudus tadi pagi lewat tangan terurap imamNya ini untukmu semua, yang sungguh dikasihi dan mengasihi Tuhan. Mari kita tetap taat dan setia mengikuti protokol kesehatan.

Tuhan memberkati

MEMBERIKAN RUANG PADA YANG LAIN UNTUK BERTUMBUH

Renungan Katolik, Minggu, 20 Maret 2022.

Romo Marthin Cen, Pr

Direktur Puspas Keuskupan Ruteng.

Betapa seringnya pertobatan saya mengerti secara “narsis”:  perubahan diri ke dalam. Saya lalu hanya sibuk menata diri. Namun tobat sejati sesungguhnya berciri misioner: pembaruan diri terwujud manakala saya keluar dari belenggu egoisme dan menggapai yg lain. Bertobat berarti prihatin dan care dengan  yang lain. Tidak gampang-gampang  menilai dan menghukum yg lain atas kekurangannya, kegagalannya, kejahatannya. Bertobat berarti saya memberikan ruang pada yang lain untuk bertumbuh, menawarkan padanya harapan dan waktu untuk berubah, bahkan seperti dalam injil: membersihkan dan memupuk pohon ara agar berbuah (Luk 13). Bertobat berarti menerima yang lain dalam kerapuhan dan kegagalannya serta merawatnya tumbuh baru dan mekar berkat tetesan embun kerahiman ilahi. Selamat berhr Minggu.

Tuhan memberkati.

BERTOBATLAH, JANGAN DITUNDA-TUNDA LAGI!

Renungan katolik, Minggu, 20 Maret 2022

Pater Fredy Jehadin, SVD

Novisiat SVD Kuwu Ruteng Manggarai Flores NTT

SIKAP  MENGHAKIMI, MENILAI, MENGADILI ORANG LAIN SESUAI VERSI DIRI SENDIRI ADALAH KEKEJIAN DAN KEJAHATAN KEMANUSIAAN

Renungan Katolik, Jumad, 18 Maret 2022

Romo John samur, Pr

Pastor Paroki Sita Keuskuapn Ruteng

Kejadian 37:3-4.12.13a.17b-28

Mazmur 105:16-17.18-19.20-21

Matius 21:33-43.45-46

Selamat bertemu lagi di hari baru Jumat 18 Maret 2022, pekan II Prapaskah, yang penuh berkat buatmu semua; ibu, bapa, saudari, saudara, para sahabat, kenalanku, para orang muda, anak-anak dan seluruh keluargaku di manapun berada, yang sungguh saya kasihi dalam Tuhan kita Yesus Kristus.

Permenungan sekenanya saja

“Mendengar perumpamaan Yesus itu, imam-imam kepala dan orang-orang Farisi mengerti bahwa merekalah yang dimaksudkanNya”

(Matius 21:45). Banyak hal, yang terkadang disikapi keliru. Ini berawal dari paham yang keliru pula. Tetapi, ada juga banyak hal juga yang tidak ditanggapi. Sebab memang orang sungguh tidak mengerti apa yang mesti disikapi.

Kita tentu tidak sekadar menyikapi atau tidak menyikapi sebuah seruan. Tapi bahwa kita mesti memahaminya. Hal yang baik dan benar serta demi nilai-nilai tentu mesti disikapi positif. Sebaliknya, yang jauh dari kebaikan dan kebenaran memang sehatinya dihindari.

Siapapun kita pasti memiliki kemampuan untuk mengerti apa yang baik dan benar. Tapi sebatas memahami tentu tidak cukup. Kita tetap membutuhkan kehendak hati yang kuat untuk melakukan yang baik dan benar.

Memang ada juga kesanggupan akal yang dimiringkan untuk membenarkan yang salah. Dan sebaliknya membuat salah apa yang nyata-nyata baik dan  benar. Kita tidak sanggup menutup bunyi suara hati. Saat ia terus berbisik agar kita mesti berpihak pada nilai-nilai kehidupan.

Kita harusnya terus belajar, mencontohi orang-orang hebat. Akal budi dan gema suara hati mereka berjalan seirama. Yang punya kehebatan akal budi serentak memiliki keagungan hati. Mereka sungguh memahami nilai-nilai hidup. Dan mereka miliki kekuatan hati untuk berpihak pada  nilai-nilai itu dan menghayatinya.

Kita pasti tahu bahwa kemarahan, dendam dan kebencian, irihati sangat merusakkan. Tetapi, mengapa kita tetap setia merawatnya? Kita sadar akan gema suara hati bahwa sikap memaafkan, sabar pada kelemahan, kekurangan dan keterbatasan sesama itu tanda kemuliaan hati. Tetapi, mengapa kah kita tidak menyambutnya dengan kebesaran jiwa? Kita tidak kurang sering tetap nekat dan setia pada usaha menghakimi, menilai, mengadili orang lain sesuai versi kita sendiri. Sikap ini adalah sebuah kekejian dan kejahatan kemanusiaan.

Para elite Yerusalem itu akhirnya memahami apa yang disampaikan Yesus  pada perumpamaanNya. Saat mereka memahami ternyata, “Merekalah yang dimaksudkan Yesus”.

Menolak jalan keselamatan dalam Yesus tetap menjadi pilihan nekat yang konyol. Di situ, kebencian makin menggumpal di hati. Tidak ada tanda untuk kembali pada kebaikan dan kebenaran. Malah “Mereka berusaha menangkap Yesus” (Mat 21:46).

Ada banyak suara untuk kebaikan yang terucap, pun yang tidak terucapkan. Bahwa kitalah yang dimaksudkan. Sebab posisi kita masih jauh dari ruas jalan kebenaran dan kebaikan.

Masa Pra-paskah membentangkan ruas jalan indah dan tidak berkelok-kelok bagi kita untuk pulang kepada kerahiman Tuhan. Masa pra-paskah itu seperti sebuah ‘cermin besar’ untuk kita berkaca.

Kiranya ‘kita berjuang memerangi diri. Bercermin, banyaklah bercermin’. Sebab bagi kita semua Tuhan itu mahabaik, panjang sabar dan berlimpahlah kasih setiaNya (1Tawarik 16:34).

Tuhan, Engkau memilih dan memanggil siapa saja seturut kehendak hatiMu. Bantulah aku agar tidak dikuasai oleh keinginan duniawi. Semoga aku bergembira menolong sesamaku dan mempergunakan waktu sebaik mungkin. Berilah aku, hati yang lemah lembut. Saat ini aku bersyukur atas penyertaanMu. Engkau menjaga pintu hatiku agar iri hati, kebencian, dendam dan kerakusan serta kesombongan tak melukai diriku. Semoga aku hanya andalkan Dikau dalam ziarah hidupku. Tanpa Engkau aku bukan siapa-siapa dan tidak mungkin bisa berbuat apa-apa. Engkaulah andalanku

Salamku dalam kasih Yesus dari pastoran Sita. Berkat Tuhan yang amat melimpah tercurah dalam Ekaristi Kudus tadi pagi lewat tangan terurap imamNya ini, untukmu semua, yang sungguh dikaaihi dan mengasihi Tuhan. Mari kita tetap taat, setia mengikuti protokol kesehatan.

Tuhan memberkati

BERMURAH HATI DAN BERBELASKASIH

Renungan Katolik, Senin, 14 Maret 2022

Hari Biasa Pekan II Prapaskah

Nubuat Daniel (9:4b-10)

“Kami telah berbuat dosa dan salah.”

Injil Suci menurut Lukas (6:36-38)

“Ampunilah, dan kamu akan diampuni.”

Romo John Samur, Pr

Pastor Paroki Sitam Keuskupan Ruteng

Selamat bertemu lagi di hari baru Senin 14 Maret 2022, pekan II Prapaskah, yang penuh berkat buatmu semua; ibu, bapa, saudari, saudara, para sahabat, kenalanku, para orang muda, anak-anak dan seluruh keluargaku di manapun berada, yang sungguh saya kasihi dalam Tuhan kita Yesus Kristus.

Permenungan sekenanya saja

“Hendaklah kamu murah hati, sebagaimana Bapamu adalah murah hati” (Lukas 6:36). Dunia ini tidak pernah kekurangan orang yang bermurah hati, orang yang selalu lapang hati. Hatinya sebentangan langit. Seluas samudra. Hanya untuk menyambut siapapun. Semuanya demi kebaikan sesama dan bersama.

Orang yang murah hati berciri mulia saat ‘egoismenya telah dikuasai’. Saat ia dapat melihat orang lain sebagai sesama. Kecemasan akan dirinya sendiri, bukanlah pola dasar dari aura dan gerak hidupnya.

Lihatlah di sekitar kita, dalam lingkungan di mana kita tinggal, dalam hidup bersama, dalam keluarga kita sendiri! Kita mengalami begitu banyak tetangga, sahabat, anggota keluarga yang sungguh bermurah hati.

Orang-orang seperti itu tulus dalam berbagi. Mereka tidak tenang dan tidak sampai hati saat ada narasi derita, kesulitan, kekurangan dialami sesamanya. Hidupnya adalah jawaban dari pertanyaan: Apa yang dapat aku lakukan demi hidup dan kebaikan sesama?

Tetapi ada yang tampak ‘murah hati’. Sayangnya, ada juga kemurahan hati dengan ‘modus’ jebakan. Ada ‘mau-maunya’. Orang bermurah hati untuk mengikat hati orang lain, sebuah kepentingan terselubung yang mau diambil.

Yang amat menyedihkan jika ada yang memang teramat sulit untuk bermurah hati. Ini tipe manusia cepat gugup dan berkeringat dingin untuk berbagi. Ia pucat, tidak ceria, bertingkah kaku di seputar tema berbagi, memberi, yang lahir dari mandat kemurahan hati.

Bila ingin dilukiskan secara lain, tipe manusia ini ringan tangan untuk hanya menerima dan menimbun demi diri sendiri. Hatinya terasa berbeban untuk berbagi. Hatinya terblokade untuk sebuah kepekaan, untuk sebuah tanda solidaritas.

Masa puasa adalah kesempatan luhur demi sebuah pedagogi dan formasi hati. Di momentum inilah kita belajar dari sebuah Hati mulia dan agung. Hati, yang menganugerahkan PuteraNya demi kehidupan manusia.

Dari kemurahan Hati Bapa, kita membangun sikap murah hati pada sesama. Di situlah kita berbesar hati dalam melepaskan, memberi, berbagi, berbela rasa, bersolider, membantu.

Sebab kita telah bersatu dengan yang menangis. Kita telah berempati dengan yang sungguh berkekurangan, dengan saudari-saudara yang cuma meratapi nasib kurang beruntungnya, sambil cuma terpaku menatap langit, barangkali di sana ada jawabnya, mengapa di tanahku terjadi bencana, mungkin Tuhan mulai bosan, melihat tingkah kita  kata hati di alunan musik Ebiet G Ade.

Maka,  pertanyaan ini tentu terus menantang kita: “Kapan kah kita mengakhiri paceklik alam kering kerontang dalam diri kita sendiri demi sikap bermurah hati? Berbelaskasih? Murah hati bagai Bapa bukanlah sekadar rumusan kata. Itu mesti dinyatakan dalam tindakan, dalam praksis hidup yang nyata.

Dunia tidak boleh kekurangan orang yang murah hati. Dan kita mesti terhitung di dalamnya.  Maka karena itu: lakukanlah dan buktikanlah! Sebab, kita tidak boleh terjerat dalam penghakiman keras yang: ‘memang serakah dan pelit mati punya.’ Terdengar kasar memang.

Bapa yang Mahamurah, kami besyukur dan berterima kasih atas kemurahan hatiMu, yang kami alami setiap detik kehidupan kami. Engkau mengutus PutraMu ke dunia ini untuk melaksanakan proyek akbarMu, yakni pertobatan. Berikanlah kekuatan dan penghiburan untuk merawat cinta kasihMu dengan iman yang teguh. Mampukanlah kami untuk hidup dan selalu tergerak serta langsung bergerak untuk melaksanakan pertobatan dari semua dosa kami. Tuhan, semoga kami semua mampu meneladani kemurahan hatiMu; murah hati untuk memaafkan, murah hati untuk peduli pada orang laun, murah hati untu memberi, murah hati untuk berbagi, murah hati untuk tersenyum, murah hati untuk ulurkan tangan, murah hati untuk menghargai, murah hati untuk duduk bersama, murah hati untuk berkomunikasi dan berdiskusi, murah hati untuk mendengar orang lain, murah hati untuk mengakui kelebihan orang lain. Tuhan, semoga rahmatMu merestui semua kehendak baik kami untuk semakin menyerupai Hati KasihMu, yang Mulia, Agung dan Ajaib

Salamku dalam kasih Yesus dari pastoran Sita. Berkat Tuhan yang amat melimpah tercurah dalam Ekaristi Kudus tadi pagi lewat tangan terurap imamNya ini untukmu semua, yang sungguh dikasihi dan mengasihi Tuhan. Mari kita tetap taat dan setia mengikuti protokol kesehatan.

Tuhan memberkati

TERUS BERJUANG AGAR  MENJADI BERKAT KARENA DITETESI EMBUN SURGAWI

Renungan Katolik, Minggu, 13 Maret 2022

Hari Minggu Prapaskah II

 Injil Suci menurut Lukas (9:28b-36)

“Ketika sedang berdoa, berubahlah rupa wajah Yesus.”

Romo Marthin Chen, Pr

Direktur Puspas Keuskuapn Ruteng.

Pengalaman Gunung Tabor adalah tanda bahwa peluh keringat perjuangan di dunia ini tidaklah sia-sia, tetapi memperoleh kepenuhan surgawi…Cinta yg ditaburkan dalam luka-luka hidup keluarga akan bersemi menjadi bunga bunga indah…Namun Tabor mengajak aku keluar dari ilusi Petrus untuk “membangun kemah”, terjerumus dalam kenikmatan surgawi yg narsis…Tabor adalah “ekstasi profetis”: pengalaman nikmat kasih ilahi menggerakkanku ke Yerusalem:  kembali ke hidup sehari-hari, memikul salib, berjuang agar dunia ini semakin manusiawi dan agar hidupku yg rapuh ini menjadi berkat karena ditetesi embun surgawi.

Selamat berhari  Minggu.

Tuhan memberkati

KASIHILAH MUSUHMU DAN BERDOALAH BAGI MEREKA YANG MENGANIAYA KAMU

Renungan Katolik,, Sabtu, 12 Maret 2022.

Kitab Ulangan (26:16-19)

“Engkau akan menjadi umat yang kudus bagi Tuhan, Allahmu.”

Injil Suci menurut Matius (5:43-48)

“Haruslah kamu sempurna, sebagaimana Bapamu di surga sempurna adanya.”

Pater Fredy Jehadin, SVD

Novisiat SVD Kuwu Ruteng Manggarai Flores NTT.

TANDA DAN KEMULIAAN TUHAN TAMPAK KEPADA MEREKA YANG SUCI HATINYA

Renungan KAtolik, Rabu, 9 Maret 2022

Injil Suci menurut Lukas (11:29-32)

“Angkatan ini tidak akan diberi tanda selain tanda Nabi Yunus.”

Pater Fredy Jehadin, SVD

Novisiat SVD Kuwu Ruteng Manggarai Flores NTT

UNGKAPAN IMAN DAN ISI HATI KEPADA TUHAN

Renungan KAtolik, Selasa, 8 Maret 2022

 Injil Suci menurut Matius (6:7-15)

“Yesus mengajar murid-murid-Nya berdoa.”

Pater Fredy Jehadin, SVD

Novisiat SVD Kuwu Ruteng Manggarai Flores NTT.

BERBUAH BAGI SESAMA

Renungan Katolik

Senin, 7 Maret 2022

Imamat 19:1-2, 11-18
Mazmur 19:8.9.10.15
Matius 25:31-46

“Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.”

Romo John Samur, Pr

Pastor Paroki Sita Keuskupan Ruteng

Imamat 19:1-2, 11-18

Mazmur 19:8.9.10.15

Matius 25:31-46

Selamat bertemu lagi di hari baru Senin 7 Maret 2022, pada pekan prapaskah pertama, yang penuh berkat buatmu semua; ibu, bapa, saudari, saudara, para sahabat, kenalanku, para orang muda, anak-anak dan seluruh keluargaku di manapun berada, yang sungguh saya kasihi dalam Tuhan kita Yesus Kristus.

“dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kananNya, dan kambing-kambing di sebelah kiriNya” (Matius 25:33). Hak itu hanya ada pada Anak Manusia. Dan itu terjadi di Kisah Penghakiman Terakhir. Di saat itulah, semuanya dinyatakan, apa yang menjadi cita-cita indah semua manusia demi berada di sebelah kanan.

Anak Manusia punya hak untuk menetapkan: di posisi apakah yang menjadi tempat kita di keabadian? Tetapi, ada pertanyaan kunci untuk direnungkan: pada kategori ‘domba’ atau ‘kambing’ kah setiap kita tergolong?

Tuhan tidak pernah menyatakan kita sebagai ‘domba’ pun sebagai ‘kambing.’ Sebab setiap kita pada awal mula ada dalam kebaikan, keindahan dan Kasih Tuhan. Kita menjadi ‘domba’ saat kita mempertahankan alam kebaikan, kasih, keindahan. Saat kita selalu menunjukkan kepedulian pada kesulitan, masalah yang dihadapi sesama di sekitar kita.

Tetapi situasi ‘kambing’ segera menjadi milik kita saat kita menjauh dari segala kebaikan dan Kasih Tuhan itu. Saat kita tidak melanjutkan isi dari kebaikan kepada sesama. Saat kita apatis, tidak peduli lagi pada kesulitan, kebutuhan. Saat kita hanya menampilkan sikap iri, kemunafikan, kesombongan, dendam pada sesama.

Karena itulah kita tetap berjuang untuk berada di dalam kategori domba Dalam situasi hidup yang berbuah bagi sesama. Dan juga selalu berbagi kekuatan dan dorongan agar sesama pun memiliki harapan untuk tetap atau pun kembali dalam kelompok domba. 

Tidak pernah boleh sesuka hati kita mengkambingkan sesama, hanya karena kita dengan begitu angkuh dan yakin akan diri sendiri sebagai orang yang berada di kelompok domba. Apalagi, bila harus tampil sebagai hakim penentu bahwa sesama pasti bertengger pada bagian kiri.

Semua itu, sekali lagi, Anak Manusia yang menentukan. Atas dasar jalan hidup, sikap, keputusan, perbuatan yang setiap kita hayati, dalam perjumpaan kita dengan sesama. Masa Pra-Paskah adalah momentum kita pulang dan masuk lebih dalam lagi pada kategori domba. Dan kita mesti saling meneguhkan satu terhadap yang lain.

Bapa yang Maharahim, berkatilah hidup kami hari ini pada jalan keselamatan. Arahkan kodrat kami yang sering condong pada hal-hal menyesatkan, pada aneka kejahatan, agar kami layak laksanakan SabdaMu dengan iman yang teguh. Bukakah mata dan hati kami untuk nengasihiMu dalam diri sesama yang kami jumpai tanpa membeda-bedakan. Arahkan hati kami agar selalu setia melakukan ajaran, kehendak serta rencanaMu

Salamku dalam kasih Yesus dari pastoran Sita. Berkat Tuhan yang amat melimpah tercurah dalam Ekaristi Kudus tadi pagi lewat tangan terurap imamNya ini, untukmu semua, yang sungguh dikasihi dan mengasihi Tuhan. Mari kita tetap taat dan setia mengikuti protokol kesehatan.

Tuhan memberkati.