Monthly Archives: Februari, 2023

SELALU ADA HASIL YANG NYATA

Pesan Sabda Tuhan Hari Ini, Selasa, 28 Februari 2023.

Yesaya 55:10-11

Mzr 34:4-5.6-7.16-17.18-19

Injil Matius 6:7-15

Romo John Samur, Pr

Pastor Paroki Sita Manggarai Timur

Keuskupan Ruteng

Selamat bertemu lagi di hari baru Selasa 28 Februari 2023, hari ketujuh retret agung, pekan I Prapaskah, yang penuh berkat buatmu semua; ibu, bapa, saudari, saudara, para sahabat kenalanku, para orang muda, anak-anak dan seluruh keluargaku di manapun berada, yang sungguh saya kasihi dalam Tuhan kita Yesus Kristus.

“Ia tidak akan kembali kepadaKu dengan sia-sia…” (Yes 55:11). Kerja dan usaha kita apapun pasti didasarkan pada pelbagai perhitungan tertentu. Ada target yang mesti dicapai. Dibutuhkan langkah-langkah yang tepat untuk dijajaki dan dilewati.

Di balik usaha itu, tentu ada motivasi yang menjadi daya dorong untuk bertindak atau demi melakukan sesuatu. Tetapi, ada pula orientasi yang menjadi daya pikat yang menarik. Yang mengantar ke titik yang dituju.

Dalam kerja dan usaha, siapapun tentu tak ingin masuk dalam situasi kesia-siaan. Tidak mau terperangkap dalam kenyataan “Kerja percuma; usaha tanpa ada hasil; tanpa untung yang memadai.

Jauh dari target? Jauh dari harapan? Tidak mencapai hasil maksimal? Terasa ‘percuma dan sia-sia’; waktu, tenaga, modal untuk sebuah usaha? Adakah sesuatu yang salah dari yang kita rencanakan, pikirkan dan katakan serta lakukan?

Bisa saja akar persoalan bukan pada modal. Tidak pula pada volume kerja. Bukan juga karena ketiadaan waktu atau kesempatan. Kerja dengan target tertentu pasti telah dipetakan dalam program.

Kesia-siaan bisa terjadi saat motivasi dan orientasi usaha menjadi tak terukur. Dan hal itu terpantau pada jawaban yang kabur atas pertanyaan: Kerja untuk apa, demi apa dan bagi siapa? Ini belum lagi saat manajemen hasil kerja tidak menjadi perhatian serius.

Sabda Tuhan yang ditaburkan ke atas dunia, pasti menghadapi begitu banyak tantangan. Tetapi Tuhan selalu menunjukkan ketegasanNya: Semuanya tak bakal kembali padaNya dengan sia-sia. Selalu ada hasil yang nyata.

Ada begitu banyak orang yang telah melakukan kebaikan! Yang telah menunjukkan Kasih dan perhatian demi sesama dan kebaikan umum. Di situlah, iman, bukan kesia-siaan yang bakal datang. Selalu ada hasil sekecil apapun.

Tidak perlu sesuatu yang mesti berlevel luar biasa. Yang mendatangkan decak kagum dengan segala sanjungan.  Biarlah kita melakukan hal-hal kecil dan sederhana.

Katanya, “Berawal dari sepotong senyum, dengan hati yang mendengarkan dan bantuan yang sederhana, maka harapan akan tanda kehidupan telah menjadi nyata! Tidak akan pernah sia-sia.”

Tuhan, aku bersyukur atas penyertaanMu sepanjang istirahatku semalam tadi dan anugerah hari baru bagiku hari ini. Tuhan, bantulah aku agar selalu tekun berdoa dengan penuh iman dan harapan yang kuat. Jadikan aku orang yang selalu rendah hati, agar dapat diterima dalam pergaulan hidup bersama. Semoga aku jadi orang yang selalu tenang dan sabar dalam berhadapan dengan soal apapun dalam hidup dan karya pelayananku. Semoga aku selalu mau berbagi, meski aku miliki sedikit, sekalipun tak cukup untuk kebutuhanku sendiri. Tuhan, hanya dalam dan bersama Dikau aku mampu melakukannya dengan hati yang tulus. Tanpa bantuan kasihMu, aku tidak mampu, karena aku hanyalah debu tanah, alas kakiMu yang Kudus.

Salamku dalam kasih Yesus dari Lasiana-Kupang. Berkat Tuhan yang amat melimpah tercurah dalam Ekaristi Kudus tadi pagi lewat tangan imamNya ini untukmu semua, yang sungguh dikasihi dan mengasihi Tuhan. Selamat berpuasa, di hari ketujuh tetret agung.

Tuhan memberkati.

MENUNJUKKAN BELASKASIH DAN KEMURAHAN HATI

Pesan Sabda Tuhan Hari Ini, Senin, 27 Februari 2023

Imamat 19:1-2.11-18

Mazmur 19:8.9.10.15

Injil Matius 25:31-46

Romo John Samur, Pr

Pastor Paroki Sita Manggarai Timur

Keuskupan Ruteng

Selamat bertemu lagi di hari baru Senin 27 Februari 2023, hari keenam retret agung, pekan I Prapaskah, yang penuh berkat buatmu semua; ibu, bapa, saudari, saudara, para sahabat, kenalanku, para orang muda, anak-anak dan seluruh keluargaku di manapun berada, yang sungguh saya kasihi dalam Tuhan kita Yesus Kristus.

“Berbicaralah kepada segenap jemaah Israel, dan katakan kepada mereka….” (Im 19:2). Tidak sekadar apa yang kita pikirkan. Juga tidak hanya sebatas pada apa yang kita rasakan. Diri kita digumpali pula dengan begitu banyak keinginan, hasrat, selera, kehendak.

Di atas begitu banyak tumpukan kehendak dan hasrat hati itu, kita dihadapkan pula dengan apa yang jadi kehendak sesama. Juga berkenaan dengan apa yang menjadi hak sesama. Terdapat pula  apa yang ditegaskan sebagai kebaikan atau kepentingan bersama.

Tuhan perlu mengingatkan bangsa Israel melalui Musa untuk membatasi secara wajar segala sikap, tindakan atau perilaku yang didorong oleh selera, kehendak dan keinginan hati itu. Satu kata kunci sebagai awasan diingatkan Yahwe adalah janganlah!

“Janganlah” adalah peringatan dini agar setiap warga Israel berjalan di atas apa yang mereka miliki. Agar dapat berjalan di atas hak dan tanggungjawab masing-masing. Dan terlarang keras untuk merugikan sesama. Atau berperilaku atau pun bertindak tak santun dengan merampas apa yang menjadi kepentingan bersama.

Dalam Yesus, hidup tidak sekadar terbatas pada “janganlah.” Tetapi ada itu panggilan untuk berbuat sesuatu. Demi hidup dan kebaikan sesama, para muridNya diajarkan untuk berbuat kasih. Untuk menunjukkan belaskasih dan kemurahan hati.

Secara jelas Yesus tunjukan bahwa tindakan, perbuatan baik itu mesti tertuju pada yang lapar, haus, orang asing, telanjang, orang sakit, orang tahanan (Mat 25:35-36).

Sebab itulah, sikap kristiani tidak terbatas pada: ‘Aku tidak berlaku curang, tidak merugikan sesama atau bahwa aku tidak lakukan segala aksi pencemaran. Tetapi, lebih dari itu, bahwa kita sungguh memiliki hati turut berbelarasa. Dan lalu bertindak solider akan nasib sesama’.

Tuhan, aku bersyukur kepadaMu, atas penyertaanMu dalam istirahatku semalam tadi dan atas hari baru untukku jalani hari ini. Bantulah aku hari ini agar bisa mengasihi semua orang yang kujumpai terutama mereka yang sederhana, yang terlupakan, yang tidak punya apa-apa, yang tersinggkir, melalui aksi, perbuatan-perbuatan nyata, berbagi dengan tulus, meskipun sedikit dan tidak cukup untuk kebutuhanku sendiri. Tuhan, semoga aku selalu tunjukan sikap rendah hati dalam tutur kata, dalam sikap, prilakuku. Semoga aku tetap tenang, sabar dalam menghadapi semua kesulitan apapun. Tuhan, hanya Engkau harapan dan kekuatanku. Aku hanyalah debu tanah, alas kakuMu yang Kudus.

Salamku dalam kasih Yesus dari LBajo. Berkat Tuhan yang amat melimpah tercurah dalam Ekaristi Kudus tadi pagi lewat tangan imamNya ini untu

kmu semua yang sungguh dikasihi dan mengasihi Tuhan. Selamat berpuasa atau mengikuti retret agung untuk hari ini

Tuhan memberkati.

SEMBAHLAH HANYA TUHAN ALLAHMU

Renungan KAtolik. Minggu, 26 Februari 2023

Santo Alexander dari Alexandria

Santo Porphyrius

Kitab Kejadian (2:7-9.3:1-7)

“Ciptaan pertama dan dosa asal.”

Surat Rasul Paulus kepada umat di Roma (5:12-19)

“Di mana pelanggaran bertambah banyak, di sana karunia menjadi berlimpah-limpah.”

Injil Suci menurut Matius (4:1-11)

“Yesus berpuasa selama empat puluh hari, dan dicobai Iblis.”

Romo Martin Chen, Pr

Direktur Puspas Keuskupan Ruteng

Jagalah titik titik lemahmu…Di situlah iblis mencobamu, demikian kata orang bijak. Tatkala Yesus lapar d butuh roti. Itulah yang ditawarkan iblis (Mat 4:1-11). Waspadalah sebab ia membungkus tawarannya dengan argumen saleh dan masuk akal. Licik mengutip dan memanipulasi Sabda Allah. Ia membuaimu dengan tawaran menggiurkan dan kenikmatan duniawi yang palsu. Dan dia tak akan henti-hentinya  mencobaimu, seperti tiga kali dia telah mencobai Tuhan. Hanya dalam kekuatan rahmat ilahi, engkau dapat melawan iming-imingannya yang  mempesona: Sembahlah hanya Tuhan Allahmu! Hanya dalam Allah lah dapat kunikmati damai dan bahagia sejati, bukan dalam tawaran duniawi iblis.

Selamat berhari Minggu..

Tuhan memberkati.

WAKTU YANG AKAN DATANG BAKAL MENANTI KITA DALAM SENYUM CERIA

Pesan Sabda Tuhan Hari Ini, Jumad, 24 Februari 2023

Yesaya 58:1-9a

Mazmur 51:3-4.5-6a.18-19

Injil Matius 9:14-15

Romo John Samur , Pr

Pastor Paroki Sita Manggarai Timur

Keuskupan Ruteng

Selamat bertemu lagi di hari baru Jumat, sesudah Rabu Abu 24 Februari 2023, hari ketiga retret agung, yang penuh berkat buatmu semua; ibu, bapa, saudari, saudara, para sahabat, kaum muda, kenalanku, anak-anak dan seluruh keluargaku di manapun berada, yang sungguh saya kasihi dalam Tuhan kita Yesus Kristus.

“Tetapi waktunya akan datang….”(Mat 9:15). Tidak selamanya kita seperti ini; ada saatnya semuanya bisa berubah. Tak selamanya kita di sini; sebab di hari esok kita pasti beralih lokasi. Tak selamanya suasana hati kita seperti ini; toh keadaannya bisa berubah di kesempatan mendatang.

Waktu dan kesempatan itu pasti selalu bergulir serta mengalir dalam iramanya sendiri. Kita hanya berjuang untuk mengikuti iramanya. Dengan segala apa yang harus kita persiapkan, kita sikapi dan perbuat.

Kita bisa mengagungkan dan melekat pada apa yang kita punyai saat ini. Namun, waktu yang akan datang akan paparkan ceritanya sendiri. Yang tak mungkin kita bantah. Bahkan yang tidak dapat kita pahami sepenuhnya.  Saat ini kita bisa saja meratapi nasib di kesedihan peristiwa. Namun, waktu yang akan datang bakal menanti kita dalam senyum ceria.

Banyak kisah ‘tidak berpuasa’ yang dialami para murid. Sebab, kehadiran Mempelai, Yesus, Tuhan dan Guru adalah tanda kehadiran ‘pesta sukacita’. Namun waktunya bakal datang. Saat Sang Mempelai diambil dari tengah-tengah para murid. Di situ banyak hal yang dipertaruhkan. Demi membuktikan bahwa mereka adalah sungguh murid-muridNya.

Di keseharian kita, biarlah hati ini mesti diingatkan dan disiapkan. Bahwa ada begitu banyak kisah dan peristiwa yang tak terduga. Yang bakal datang mendera isi batin dan jalan hidup. Namun, haruskah kita goyah yang berujung kelenyapan iman?

Ada banyak hal atau apapun yang kita andalkan dan bahkan sungguh kita banggakan. Namun, hal itu bisa segera diambil dari nasib dan jalan hidup kita. Kita bisa saja terpaku menatap langit kosong. Seperti tiada harapan.

Kita harus mengalami rasa kehilangan, ditinggalkan, disepisendirikan, bahkan merasa diabaikan, tanpa kepeduliaan hati sesama. Kita merasa telah tercoret di dalam sanubari sesama. Di situ kita diuji untuk merakit lagi jalan hidup selanjutnya.

Ada saatnya, ketika iman, harapan dan kasih kita terasa berantakan. Hampa dan kosong. Sebab ‘Tuhan – Mempelaiku’ telah diambil. Pergi dan terasa berlalu begitu saja. Dan kita seperti berada dalam kesendirian yang tak menentu. Namun, benar kah selalu demikian?

Yakinlah! Kita tidak pernah sendirian. Puasa, ternyata menghantar kita untuk merasakan kehadiran Tuhan yang sungguh nyata. Puasa menuntun pula kita untuk kembali pada sesama. Dan puasa adalah momentum sakral agar kita berkarib kembali dengan diri sendiri.

Sebab di hari-hari ini, kita teramat sibuk. Jenuh, lelah di kebisingan keseharian. Dalam irama hidup sendiri yang sering berkiblat pada arus ego-centrik. Yang sungguh membuat kita  ditorpedo oleh segala rasa asing yang tidak karuan. Bagaimana pun Tuhan memang selalu ada di sini. Di dalam jiwa ini. Di setiap langkah perjalanan hidup kita.

Bapa yang Mahakudus, aku bersyukur padaMu atas penyertaabMu sepanjang istirahatku semalam tadi. Aku bersyukur atas anugerah hari baru, yang tidak pernah kuminta, yang harus kuisi dengan perbuatan baik untuk diriku dan terutama sesamaku. Ingatkanlah aku hari ini bila timbul kecemburuan, irihati, atau ketidaksenangan melihat yang tidak sepaham, tidak sependapat denganku. Semoga aku tetap menjadi orang yang selalu berbuat kebaikan, seperti yang Kaukehendaki, selalu menunjukkan sikap rendah hati di penampilan, dalam melayani siapa dan di manapun. Semoga aku selalu tenang, sabar dalam menghadapi soal, masalah, kesulitan, tantangan apapun di ziarah hidupku. Saya sungguh sadar bahwa saat saya tampak gerogi, panik, tidak low profile, tampil sombong, memprovokasi sana-sini, marah-marah tidak akan memberikan jalan keluar bagi apapun yang sedang saya hadapi, selain hanya mewartakan, memproklamasikan isi pikiran, isi hati, jati diri, integritas, kualitas diriku yang tidak sedang baik-baik saja, kalau tidak mau dikatakan sedang macet atau buntu. Tuhan, hanya Engkaulah kekuatanku.

Salamku dalam kasih Yesus dari pastoran Sita. Berkat Tuhan yang amat melimpah tercurah dalam Ekaristi Kudus tadi pagi lewat tangan imamNya ini untukmu semua yang sungguh dikasihi dan mengasihi Tuhan. Selamat berpuasa

Tuhan memberkati.

DALAM TUHAN, TIDAK PERNAH ADA KATA TERLAMBAT UNTUK KEMBALI KE SUASANA BERKAT, SUKACITA DAN HIDUP

Pesan Sabda Tuhan pada Kamis sesudah Rabu Abu

23 Februari 2023

Ulangan 30:15-20

Mazmur 1:1-2.3.4.6

Injil Lukas 9:22-25

Romo John Samur, Pr

Pastor Paroki Sita Manggarai Timur

Keuskupan Ruteng

Selamat bertemu lagi di hari baru Kamis sesudah Rabu Abu 23 Februari 2023,  yang penuh berkat buatmu semua; ibu, bapa, saudari, saudara, para sahabat, kenalanku, para orang muda, anak-anak dan seluruh keluargaku di manapun berada, yang sungguh saya kasihi dalam Tuhan kita Yesus Kristus.

“Ingatlah, pada hari ini….!”

(Ul 30:15). Seruan Musa di padang gurun terdengar tegas. Hidup bangsanya ada dalam pilihan: hidup atau binasa. Musa tidak ingin agar bangsanya jatuh dalam kehancuran dan kematian.

Harapan terdalam di hati Musa, sebaliknya adalah agar bangsanya sungguh menjadi ‘kaum yang hidup, berketurunan dan terberkati’ (Kel 30:16).

Untuk mencapai kehormatan cita-cita akan berkat dan kehidupan, Musa ingatkan bangsanya untuk mengasihi Tuhan, mengikuti jalanNya, serta berpegang pada ketetapan, aturan dan perintahNya (Kel 30:16).

Saudara-saudariku, situasi; hidup atau binasa, berhasil atau  gagal, ceria atau suram, sukacita atau nestapa, untung atau rugi, harapan atau putus asa, sungguh ada di hadapan kita. Bahkan semuanya tetap mengiringi setiap langkah di ziarah hidup kita.

Setiap kita punya kekuatan hati untuk menjawab. Untuk memilih yang terbaik dan yang tidak membinasakan. Ada sekian banyak ‘suara Musa’ yang mengingatkan serta meneguhkan kita!

Namun terlampaui sering kita masuk dalam hidup yang penuh dengan aneka; ancaman, kebinasaan, kegagalan, kesuraman, nestapa, ketakberuntungan kemalangan. Dan betapa tak berdayanya kita untuk harus menghadapi semuanya.

Tetapi dalam Tuhan, tidak pernah ada kata terlambat untuk kembali ke suasana berkat, sukacita dan hidup. Dalam Kasih Tuhan, jiwa insani setiap kita tak masuk ke dalam area ‘hukuman mati’ yang berketetapan penuh dan mengikat.

Masa pra-paskah adalah sebuah momentum, saat  lembaran-lembaran buku harian setiap kita kembali ditulis dalam Kasih dan Harapan di dalam Tuhan. Dan semuanya digores penuh iman dengan ‘tinta mulia tetesan-tetesan keringat dan darah derita – Salib Tuhan sendiri yang sungguh  menyelamatkan.’

Di hari-hari Masa Prapaskah ini, seruan Musa di padang gurun, diperdengarkan lagi pada kita: “Ingatlah….!”

‘Masih adakah harapan untuk mengingat Kasih dan kebaikan Tuhan serta cinta dan perhatian sesama?’

Daya ingat kita sejatinya diaktifkan kembali, agar kita tidak mati-matian menjalani hidup ini semata-mata hanya atas kendali pikiran, kendali ilmu pengetahuan, kendali selera yang seperti sulit untuk didiskusikan, kendali rasa serta kehendak diri kita sendiri.

Tuhan Yesus, aku bersyukur kepadaMu, atas penyertaanMu sepanjang istirahatku malam tadi dan pagi ini Engkau hadiahkan aku hari baru dengan harapan baru. Engkau telah menebus semua dosaku. Jangan biarkan aku menanggung beban yang tidak perlu kutanggung akibat dosa-dosaku sendiri. Semoga aku menunjukkan sikap rendah hati, selalu sabar dan tenang ketika ada kesulitan di ziarah hidupku. Bukalah mata hatiku untuk melihat mukjizat dan semua pekerjaan besar Tuhan di tengah dunia

Salamku dalam kasih Yesus, di hari ke 2 retret agung, dari pastoran Sita. Berkat Tuhan yang amat melimpah tercurah dalam Ekaristi Kudus tadi pagi lewat tangan imamNya ini untukmu semua yang sungguh dikasihi dan mengasihi Tuhan. Selamat berpuasa.

Tuhan memberkati.

PUASA HARUS TETAP MEMBUAT WAJAH KITA CERIA

Pesan Sabda Tuhan Hari Ini, Rabu Abu, 22 Februari 2023-02-23

Hari Pantang dan Puasa

I Yoel 2:12-18

Mzr 51:3-4.5-6a.12-13.14.17

II 2Korintus 5:20 – 6:2

Injil Matius 6:1-6.16-18

Romo John Samur, Pr

Pastor Paroki Sita Manggarai Timur

Keuskupan Ruteng

Selamat bertemu lagi di hari baru 22 Februari 2023, Rabu-Abu pembukaan Retret Agung, yang penuh berkat buatmu semua; ibu, bapa, saudari, saudara, para sahabat, kenalanku, para orang muda, anak-anak dan seluruh keluargaku di manapun berada, yang sungguh saya kasihi dalam Tuhan kita Yesus Kristus.

“…supaya jangan dilihat orang bahwa engkau sedang berpuasa…” (Matius 6:18). Ada hal yang dapat kita pamerkan dalam hidup. Ada banyak hal yang dapat kita kabarkan, kita sebarkan, kita posting. Maksudnya jelas, agar inti yang diberitakan itu menjadi perhatian khalayak. Dari sana bisa terbangun sebuah sikap solider positif bersama.

Sikap pribadi dan bersama itu tidak kurang sering lahir karena pemberitaan. Apalagi bila hal itu berkenaan dengan soal kemanusiaan. Kita memang tidak boleh ‘hening sunyi’ bila bencana harkat, nilai kemanusiaan telah menjadi goyah.

Tetapi tentang ‘berdamainya diri kita dengan Allah’ (2Kor 5:20), biarlah menjadi “kisah batiniah – kerohanian yang pribadi.” Artinya???

Hindari kesan seolah ‘aksi pameran’, dalam; ‘doa, sedekah, puasa kita’. Biarkan semuanya senyap dari maksud ‘buka-bukaan maupun tersamar’ bahwa kitalah yang menjadi tokoh utama atau pusat perhatian dari doa – sedekah – puasa.

Bila berdoa, tutuplah pintu kamar. Itu urusanmu yang sangat ‘sakral dan pribadi dengan Tuhan’. Maksudnya ‘jangan terlihat, apalagi dinilai kita mementaskan  kesalehan karena kita selalu khusuk berdoa. Bila bersedekah, itu relasimu penuh dermawan dengan sesama, dalam diam. Tidak dimaksudkan agar dinilai berbelaskasih, dermawan.

Puasa, harus tetap membuat wajah kita ceria. Artinya, jangan ‘mengatur wajah begitu sedih, muram, murung dan kusam’, dengan maksud agar dunia tahu kita lagi puasa. Jangan! Puasa bukanlah seremoni yang heboh dan menggelegar.

Biarlah wajah kita, tetap ceria. Tetap berbinar mata dan secerah rembulan emas di langit malam, bahwa itu keaslian diri kita yang mesti menatap dan mengalami hidup sebagai hidup itu sendiri.

Tetapi ingatlah, puasa sebenarnya menarik kita pada ‘tubuh kita yang tidak terawat sungguh’. Sebab ia telah benar-benar ‘disiksa’  oleh hidup yang penuh dengan hasrat dan selera yang tidak terukur. Puasa membuat kita berdamai dengan ‘tubuh kita sendiri’. Sebab, tubuh telah menjadi lumbung dari benih penyakit, akibat terlanjur melayani pola hidup yang serba tak teratur.

Puasa adalah gema lonceng batin yang mengingatkan bahwa kita sudah lebih dari ‘cukup’. Bahwa kita telah ‘gemuk bermekaran dalam apa yang kita miliki’. Tinggal bagaimana kita sanggup menatap dalam aksi kepada yang tidak berpunya selayak dan sewajarnya. 

Puasa juga berarti sebuah ‘panggilan untuk menata lagi arus dan gelora panca indra’ kita. Sebab, pancaindra yang dikompori oleh kelemahan kehendak justru akan membuat kekacauan berantai.

Puasa berarti sebuah kegairahan untuk berceria lagi di batin, di hati nurani, di pikiran, di ujaran, di rentetan sikap, tindakan perbuatan yang semestinya. 

Puasa memang memanggil kita untuk kembali kepada citra hidup penuh dengan keseimbangan, harmoni, serta kerapihan hidup itu sendiri dalam aneka rananya.

Tuhan Yesus, hari ini, aku sudah masuk di hari awal masa pertobatan. Utuslah RohMu, agar aku dapat menguasai mataku, mulutku telinga, hatiku, perasaanku. Semoga aku tetap tampil rendah hati di manapun aku berada, berkarya, melayani. Selalu tenang,  sabar dalam menghadapi semua soal tanpa rasa panik yang membingungkan orang lain. Tuhan Yesus, semoga di masa retret agung ini; doa, puasa, pantang, amalku ada gunanya bagi iman dan pengharapanku dan bagi iman serta pengharapan sesamaku

Salamku dalam kasih Yesus dari pastoran Sita. Berkat Tuhan yang amat melimpah tercurah dalam Ekaristi Kudus tadi pagi lewat tangan imamNya ini untukmu semua yang sungguh dikasihi dan mengasihi Tuhan. Selamat mengikuti reret agung selama 40 hari

Tuhan memberkati.

KASIH KRISTIANI BERCIRI OPTIMAL

Hari Minggu Biasa VII

Santo Barbatus

Santo Gabinus

Santo Konradus dari Piacenza

Kitab Imamat (19:1-2.11-18)

“Engkau harus mengadili sesamamu dengan kebenaran.”Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (1Kor 3:16-23)

“Kamu adalah tempat kediaman Allah.”

Injil Suci menurut Matius (5:38-48)

“Jangan melawan orang yang berbuat jahat kepadamu.”

Romo Martin Chen, Pr

Direktur Puspas Keuskuapn Ruteng

Sabda Yesus dlm injil hr minggu ini (Mat 5), Minggu, 19 Februari 2023 sangatlah menantang dan  sulit secara manusiawi: mencintai musuh, orang yang melukai dan  menghancurkan hidup kita!  Bisakah? Mungkinkah? Kasih Kristiani berciri optimal, bukan minimal. Tidak sekedar sesuai standar, tetapi melampaui ukuran manusiawi, menembus batas dan sekat. Bila engkau hanya berbuat baik kepada yang mengasihimu apakah lebihmu dari org lain? Penjahat juga mengasihi orang yang berbuat baik padanya. Tetapi kamu hendaknya sempurna seperti Bapamu di Surga yang menerbitkan matahari baik bagi orang baik maupun orang jahat….Kasih Kristiani berciri ilahi. Mencintai seperti Dia mencintai. Dan karena itu dapat diwujudkan dalam jatuh bangun hidup ini hanya dalam kekuatan rahmat-Nya. Tuhan, peganglah aku dengan kasih-Mu abadi! Peluklahlah aku dengan kerahiman-Mu yang lembut!

Selamat berhari Minggu.

Tuan memberkati.

PENUH DAMAI DAN KEBAHAGIAAN BERSAMA TUHAN YANG MULIA

Pesan Sabda Tuhan Hari Ini, sABTU, 18 fEBRUARI 2023

Ibrani 11:1-7

Mazmur 145:2-3.4-5.10-11

Injil Markus 9:2-13

Romo John Samur, Pr

Pastor Paroki Sita manggarai Timur

Keuskupan Ruteng

Selamat bertemu lagi di hari baru Sabtu, 18 Februari 2023, pekan biasa VI, yang penuh berkat buatmu semua; ibu, bapa, saudari, saudara, para sahabat, kenalanku, para orang muda, anak-anak dan seluruh keluargaku di manapun berada yang sungguh saya kasihi dalam Tuhan kita Yesus Kristus.

“Pada waktu mereka turun dari gunung itu…” (Mrk 9:9). Tidak selamanya kita berada di ‘puncak’. Dalam segala kemegahan, kehebatan atau kecermelangan. Semuanya, pasti memiliki alur balik. Kita mesti kembali ke area yang biasa.

Tidak berarti bahwa segala yang di ‘puncak’ itu tidak pantas. Tidak. Memang ada saatnya, setiap kita pasti alami momentum sukacita dan keterpesonaannya.

Kita harus tahu akan saatnya ‘turun gunung”. Itulah saat yang telah dilalui oleh Yesus dan ketiga muridNya, Petrus – Yakobus dan Yohanes. Dan, ingatlah pesan Yesus bagi ketiga muridNya:

‘Jangan ceritakan kepada siapa pun tentang semua yang telah disaksikan sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati’ (Mrk 9:9).

Jangan mengisahkan alam istimewa ‘puncak gunung’. Jika sekiranya hanya mau memberitakan diri kita sendiri yang merasakan dan mengalaminya. Jika sekadar hanya mengundang rasa kagum dan pujian dari sesama terhadap kita.

Ada saatnya Yesus kembali ke puncak gunung. Tetapi, Ia ditinggikan, Ia dimuliakan di ketinggian gunung melalui Salib. Pada waktu itu, apa kah para muridNya kembali menyertaiNya? Atau mereka lebih memiliki pergi dan meninggalkanNya?

‘Puncak gunung’ adalah kisah penuh keindahan. Penuh damai dan kebahagiaan bersama Tuhan yang mulia. Tetapi, pada titiknya kita belajar untuk mengalami dalam iman bahwa:

“Puncak kemuliaan Tuhan itu dapat kita gapai melalui ‘jalan turun, pengorbanan, penderitaan, kesetiaan, dan terutama jalan kerendahan hati.’ Iya, itulah jalan keseharian kita yang bersahaja. Tanpa terlalu banyak ini dan itu yang menghebohkan. Biarlah kita alami penuh sukacita alam yang merendah.”

Tuhan Yesus, perjalanan iman terbentang luas antara Gunung Tabor dan Bukit Golgota, antara kemuliaan dan penderitaan. Dampingilah aku selalu, dalam situasi apapun. Kedamaian, kebahagiaan, sukacita spiritual dan peneguhan, memang sungguh kubutuhkam. Tapi saya sadar benar bahwa terbentang lebar dan luas juga jalan salib yang tidak mudah kujalani, kuhadapi. Saya harus berjuang melewati semua jalan salib imanku. Tuhan Yesus, hanya Dikau andalan dan kekuatanku. Tanpa Engkau, aku tidak dapat berbuat apa-apa. Jadikan aku orang yang rendah hati, peduli, tetap mau berbagi meski dalam situasi yang tidak menyenangkan. Singkirkan dari diriku, kesombongan, mulut besar yang hanya berisi bualan, kebohongan, ujaran kebencian, yang memprovokasi dan tidak mempersatukan. Semoga aku sungguh setia pada komitmen pilihan hidupku.

Salamku dalam kasih Yesus dari pastoran Sita. Berkat Tuhan, yang amat melimpah tercurah dalam Ekaristi Kudus tadi pagi lewat tangan imamNya ini untukmu semua yang sungguh dikasihi dan mengasihi Tuhan.

Tuhan memberkati.

MALAPETAKA TAK AKAN MENIMPAH MANUSIA

Pesan Sabda Tuhan Hari Ini, Rabu, 15 Februari 2023

Kejadian 8:6-13.20-22

Mzr 116:12-13.14-15.18-19

Injil Markus 8:22-26

Romo Johnn Samur, Pr

Pastor Paroki Sita Manggarai Timur

Keuskupan Ruteng

Selamat bertemu lagi di hari baru Rabu 15 Februari 2023, pekan biasa VI, yang penuh berkat buatmu semua; ibu, bapa, saudari, saudara, para sahabat, kenalanku, para orang muda, anak-anak dan seluruh keluargaku di manapun berada, yang sungguh saya kasihi dalam Tuhan kita Yesus Kristus.

“Aku tak akan mengutuk bumi ini lagi karena manusia….” (Kej 8:21). Dalam hatiNya Tuhan jadi ‘insaf’. Malapetaka tak akan menimpah manusia lagi. Tuhan sudah berikhtiar, “Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan…” (Kejadian 8:21).

Tuhan akhirnya, mengenyahkan segala yang membinasakan. Yang sesungguhnya tidak pantas dialami oleh manusia, yang adalah “mahkota ciptaan dan gambar, serta rupaNya sendiri’. Semuanya hidup dalam keteduhan. Semua harus kembali ke situasi ranting ‘zaitun Kasih yang dibawa oleh merpati perdamaian’ (Kej 8:11).

Tuhan membawa kita semua ke situasi yang penuh penyesalan. Tetapi, Tuhan memandatkan kita untuk kembali menata hidup dalam suasana yang penuh Kasih dan Perdamaian itu’.

Sebab itulah, kita memang harus belajar untuk tidak saling mengutuk. Untuk tidak saling mencerca dan menghina. Untuk tak saling menzalimi. Situasi penuh kutukan sudah berlalu. Dan ia tak pernah boleh diundang lagi. Hanya  untuk kembali bersarang dalam hati.

Hidup ini memang seperti musim silih berganti. Dan itu tak mampu kita lawan. Itulah keharusan alami. Ada silih berganti. Tuhan telah mengingatkan semuanya: “Selama bumi masih ada, takkan berhenti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam” (Kej 8:22).

Dalam musim silih berganti itulah, kita tetap berjuang untuk mrlestarikan Kasih dan Perdamaian. Dari segala sumpah serapah untuk segera beralih kepada kata-kata penuh kelembutan dan harapan.

Dunia tidak pernah boleh kekurangan pribadi yang selalu mengusahakan sukacita, kegembiraan dan perdamaian. Dan setiap kita haruslah berjuang untuk “menjadi satu di antaranya”, demi menantang apa pun yang membinasakan hidup kita. Dari hari ke hari kita harus berjuang dan menjadi manusia ilahi, manusia yang berkarakter ilahi. Hanya dengan itu kita semua dapat menikmati sukacita surgawi.

Bapa di surga, bersihkanlah senantiasa mulut, telinga, mata dan hatiku agar aku mampu membedakan apa yang baik dan buruk, yang benar dan salah dalam hidupku. Semoga aku tetap menunjukkan sikap rendah hati di hadapan orang lain. Semoga aku selalu peduli dan tergerak hati untuk melihat kesulitan dan penderitaan sesama serta cepat dan tepat mengambil langkah penyelamatan. Tuhan, semoga dari mulutku ini ada tata di kata, ada hibur di tutur, ada hati tulus di diri ini. Jangan biarkan aku berlaku sombong dan jadikanlah aku pembawa sukacita, kegembiraan, damai yang menyejukan serta mempersatukan. Semoga aku menjadi tahu diri dan tahu menghargai, mengakui kebaikan pada diri orang lain, sekecil apapun itu.

Salamku dalam Yesus dari pastoran Sita. Berkat Tuhan yang amat melimpah tercurah dalam Ekaristi Kudus tadi pagi lewat tangan imamNya ini untukmu semua yang sungguh dikasihi dan mengasihi Tuhan.

Tuhan memberkati.

“PIKIR MATANG DAHULU, SESAL KEMUDIAN TIADA BERGUNA”

Pesan Sabda Tuhan Hari Ini, Selasa, 14 Februari 2023

Pesta Santo Sirilus, Santo Metodius, Santo Valentinus

Kejadian 6:5-8; 7:1-5.10

Mzr 29:1a.2.3ac-4.3b.9b-10

Injil Markus 8:14-21

Romo John Samur, Pr

Pastor Paroki Sita Kabupaten manggarai Timur

Keuskupan Ruteng

Selamat bertemu lagi di hari baru Selasa 14 Februari 2023, pesta Santo Sirilus, santo Metodius, santo Valentinus, pada pekan biasa VI, yang penuh berkat buatmu semua; ibu, bapa, saudari, saudara, para sahabat, kenalanku, para orang muda, anak-anak dan seluruh keluargaku di mana pun berada yang sungguh saya kasihi dalam Tuhan kita Yesus Kristus.

“…sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka.” (Kej 6:7). Sedemikian pentingnya berpikir holistik, menyeluruh. Semuanya tentang sebab dan akibat. Tentang segala konsekuensi yang lahir dari sebuah sikap, tindakan atau perbuatan.

Kita harus berhati-hati dalam menentukan sikap dan mengambil satu keputusan. Kata si bijak, ‘Bawalah semua hal dalam proses yang wajar, terarah dan jelas’.

Peribahasa itu pasti tetap terekam, “Pikir matang dahulu, sesal kemudian tiada berguna”. Ada makna terdalam di baliknya. Pertimbangkanlah dengan tenang segala rencana gerak-gerik ini dan itu di kehidupan ini, agar tidak bermuara pada deraian air mata penyesalan.

Teramat sering kita ‘bergerak dalam mata gelap. Dalam akal budi yang lemah. Yang tidak sanggup lagi berpikir waras. Yang mudah terseret naluri penuh emosi. Yang menggerogoti nurani. Yang mudah digiring oleh kehendak bebas dan bahkan liar.

Tuhan mengungkapkan rasa kecewaNya. Hati Tuhan menjadi tidak menentu karena perilaku bangsa manusia yang tak santun. Penuh kesuraman di dalam dosa. Air bah dirancangkan Tuhan untuk memusnahkan segalanya.

Jalan hidup kita tidak luput dari air mata penyesalan. ”Terhadap Engkau, terhadap Engkaulah, aku berdosa. Yang jahat di hadapanMu telah kulakukan” (Mzm 51:6). Itulah keluh kesah suara  penuh penyesalan di dada. Di hadapan Tuhan, segala tindak-tanduk yang penuh kecurangan telah kita perbuat.

Bahkan kita bisa terbawa dalam rasa sesal terhadap diri sendiri. Mungkin kita hidup dalam ‘ruang terbuka penuh pengandaian’. Tidakkah dalam rasa sesal yang menebal, kita  sering berujar lemah, “Tahu begitu…? Seandainya…. ?”

Bagaimanapun, tidak kita mesti kembali berlayar di dalam samudra kehidupan ini. Gelora gelombang di ziarah ini sering mendera dan menderu. Tapi dermaga Kasih Tuhan tetap menjadi satu kepastian.

Bahtera Nuh adalah “Bahtera pengharapan.” Segala ketidakberdayaan manusia, dalam segala derap langkah kehidupan memang penuh dengan kekurangan dan ketaksanggupan. Saat ini diperbaharui kembali dalam ‘Bahtera Pengharapan’ itu. Demi melanjutkan kembali pelayaran kehidupan ini. Menuju dermaga Kasih yang sempurna. Yang tak pernah pudar. Tuhan sendiri yang pasti melakukannya untuk kita.

Tuhan, bukalah telinga, mata dan hatiku untuk selalu mendengarkan tuntunan-Mu, agar aku selamat. Aku ini makhluk ciptaanMu. Memiliki keterbatasan, kekurangan, kelemahan. Karena itu aku datang padaMu, bersujud di depan-Mu dan memohon agar Engkau selalu ada dan hadir dalam hidupku. Tuhan, jadikan aku orang yang rendah hati, sederhana, mau mendengarkan, mau peduli dan berbagi kebaikan bagi semua orang. Semoga aku tidak jadi orang sombong, tidak menjadi orang yang bermulut besar tanpa berbuat apa-apa. Semoga aku tidak menjadi pemecah belah di manapun aku berada dan berkarya. Karena Engkau menciptakan manusia untuk selalu bersatu, bersukacita dan berdamai dengan sesama. Semoga di hari Kasih Sayang hari ini, kami sungguh menampilkan wajah kasih sayangMu kepada semua orang yang kami jumpai.

Salamku dalam kasih Yesus dari psstoran Sita di Hari Kasih Sayang hari ini. Berkat Tuhan yang amat melimpah tercurah dalam Ekaristi Kudus tadi pagi lewat tangan imamNya ini untukmu semua, yang sungguh dikasihi dan mengaaihi Tuhan pada pesta Santo Sirilus, Santo Metodius, Santo Valentinus

Tuhan memberkati.