Monthly Archives: Maret, 2022

KEMATIAN DI SALIB ADALAH PUNCAK DARI EKSPRESI CINTA KRISTUS AKAN MANUSIA

Siraman Rohani Katolik, Jumad, 1 April 2022

Kitab Kebijaksanaan (2:1a.12-22)

“Hendaklah kita menjatuhkan hukuman mati yang keji terhadapnya.”

Injil Suci menurut Yohanes (7:1-2.10.25-30)

“Orang-orang Farisi berusaha menangkap Yesus, tetapi tidak ada seorang pun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba.”

Pater Fredy Jehadin, SVD

Novisiat SVD Kuwu Ruteng Manggarai Flores NTT

YESUS KRISTUS ADALAH PUTERA ALLAH, DENGARKANLAH DIA!

Siraman Rohani Katolik, Kamis, 31 Maret 2022

Kitab Keluaran (32:7-14)

“Allah menyesali malapetaka yang dirancangkan-Nya atas umat-Nya.”

Injil Suci menurut Yohanes (5:31-47)

“Yang mendakwa kamu adalah Musa, yang kepadanya kamu menaruh pengharapan.”

Pater Fredy Jehadin, SVD

Novisiat SVD Kuwu Ruteng Manggarai Flores NTT

YESUS KRISTUS DAN ALLAH BAPA ADALAH SATU

Siraman Rohani Katolik, Rabu, 30 Maret 2022.

Kitab Yesaya (49:8-15)

“Aku telah membentuk dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia untuk membangunkan bumi kembali.”

Injil Suci menurut Yohanes (5:17-30)

“Seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati, dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan siapa saja yang dikehendaki-Nya.”

Pater Fredy Jehadin, SVD

Novisita SVD Kuwu Ruteng Manggarai Flores NTT

KEBAIKAN  TUHAN TETAP TERPANCAR DAN SELALU TANPA SYARAT

Renungan Katolik, Selasa, 29 Maret 2022

Hari Biasa Pekan IV Prapaskah

Nubuat Yehezkiel (47:1-9.12)

“Aku melihat air mengalir dari dalam Bait Suci; ke mana saja air itu mengalir, semua yang ada di sana hidup.”

Injil Suci menurut Yohanes (5:1-16)

“Orang itu disembuhkan seketika.”

Romo John Samur, Pr

Pastor Paroki Sita Keuskuapn Ruteng

Selamat bertemu lagi di hari baru Selasa 29 Maret 2022, pekan IV prapaskah, yang penuh berkat buatmu semua; ibu, bapa, saudari, saudara, para sahabat, kenalanku, para orang muda, anak-anak dan seluruh keluargaku di manapun berada, yang sungguh saya saya kasihi dalam Tuhan kita Yesus Krustus.

Permenungan sekenanya saja

“Tetapi orang yang baru sembuh itu tidak tahu siapa orang itu….” (Yoh 5:13). Ada banyak orang yang tidak kita kenal. Saat perjumpaan di mana saja. Saat ada kontak, meski seadanya, maka sebuah suasana santai dan indah dapat tercipta.

Kebaikan sesama pasti kita alami di jalan hidup ini. Kapan dan di mana saja. Bahkan oleh orang yang tidak kita kenal. Kita misalnya, tak kenal siapa: sopir, masinis kereta, kapten kapal, pilot, sopir bemo, ojek sekalipun. Tetapi, bukan kah karena mereka, kita dapat bepergian?

Sungguh! Dunia dan kita sendiri dilayani oleh begitu banyak orang yang tidak kita kenal. Janganlah menghitung dan merasa bahwa karena kita berduit atau karena mereka itu dibayar. Karena itu mereka wajib melayani dan bertindak demi kita. Tetapi mereka telah berbuat sesuatu untuk ‘menghantar dan menyelamatkan kita’ demi kebaikan kita.

Sebenarnya kita adalah insan yang rapuh dan terbatas. Yang tidak sanggup secara mutlak menolong diri sendiri. Renungkan sekali lagi! Kita sungguh dikitari dengan segala kebaikan sesama. Betapa pun kecil dan sederhananya.

Tetapi juga suatu situasi menjadi nyaman dan damai karena begitu banyak orang yang mengusahakan dan menjaga bersama. Kita bertemu dengan tetangga untuk berkisah, bercerita, bernarasi dengan sesama yang tersenyum tulus dan mengucapkan ‘selamat pagi’. Kita mengalami keteduhan hati dan damai dalam hidup.

Karena itu sepantasnya kita tidak pernah boleh lupa akan kebaikan sesama, walaupun tidak kita kenal. Itulah awal sebuah panggilan untuk bisa belajar bertindak dan bersikap baik bagi dunia dan sesama.

Andaikan kita ketagihan hanya melihat sisi suram hidup orang lain, maka begitu mudah bagi kita untuk menjadi tidak bersahabat dengan apa dan siapapun. Mulai bergerak menjauh dari kebaikan itu sendiri. Bukan kah sikap kasar dan tidak bersahabat itu muncul karena kita telah menajiskan sesama dan menjadikannya sebagai musuh? Sebab kita tidak pernah dan tidak mau melihat sisi kebaikan pada diri sesama?

Yesus, menyembuhkan si lumpuh. Ia tak peduli entah kah si lumpuh  yang disembuhkan itu mengenalNya? Kebaikan  Tuhan tetap terpancar dan selalu tanpa syarat.

Dalam cahaya sikap Yesus ini kita memang sejatinya berkaca! Bahwa ada begitu banyak ‘kelumpuhan hidup yang membuat orang lain seperti sulit melanjutkan perjalanan hidupnya. Dan apakah kita dapat tampil dengan wajah Allah yang selalu menyapa sebagai pembawa harapan?’

Dalam situasi umum yang nyaris lumpuh, kita bertarung untuk ‘saling membangkitkan harapan satu terhadap yang lain dengan penuh sukacita’. Setidaknya, berbagilah dengan hati yang tulus, hati yang bening, sebening embun pagi yang masih perawan.

Tuhan Yesus, aku bersyukur dan berterima kasih atas teladan kepedulian yang Engkau tunjukkan padaku. Engkau memiliki kepedulian pada kebahagiaan dan keselamatanku dan sesamaku. BagiMu, yang terpenting adalah hidupku. Aku mohon agar aku selalu peka terhadap kebutuhan sesama, rela berbagi dari apapun yang kumiliki, meskipun setelah berbagi saya tidak punya apa-apa lagi. Aku juga memohon agar aku disembuhkan dari sikap apatis, irihati, munafik, membenci, sombong, suka menucapkan ujaran kebencian pada orang, tidak menghargai, tidak mengakui kelebihan orang lain; agar aku bisa melihat kebaikan Tuhan dan sesama. Semoga aku tak perlu menunggu sampai puluhan tahun, tidak perlu menunggu sampai aku kelebihan, atau kaya baru berbagi pada orang yang butuh bantuanku. Semoga setelah aku berjumpa dengan Yesus dalam Ekaristi setiap hari; aku semakin peduli pada orang di sekitarku, semakin mendengar jeritan penderitaan sesama; semakin rendah hati di hadapan sesama, siapapun dia; semakin fokus untuk ada dan hadir bagi siapapun yang butuh uluran tangan kasih Tuhan melalu diriku.

Salamku dalam kasih Yesus dari pastoran Sita. Berkat Tuhan yang amat melimpah tercurah dalam Ekaristi Kudus tadi pagi lewat tangan terurap imamNya ini untukmu semua yang sungguh dikasihi dan mengasihi Tuhan.

Tuhan memberkati.

Iman Dan Perbuatan Menyelamatkan Kita

Siraman Rohani Katolik, Senin, 28 Maret 2022

Injil Suci menurut Yohanes (4:43-54)

“Lihat anakmu hidup.”

Pater Fredy Jehadin, SVD

Novisiat SVD Kuwu Ruteng Manggarai Flores NTT

 TEMUKAN KEBAHAGIAAN SEJATI DALAM PELUKAN KERAHIMAN ALLAH

Renungan Katolik, Minggu, 27 Maret 2022.

Injil Suci menurut Lukas (15:1-3.11-32)

“Adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali.”

Romo Marthin Cen, Pr

Direktur Puspas Keuskupan Ruteng

Perumpamaan indah anak yg hilang memperlihatkan kerahiman Allah yg berlimpah, sekaligus mengundangku utk bertobat. Ini bukanlah kisah masa lalu tapi masa kini, bukan cerita tentang orang tetapi tentang diriku. Sebab bukankah aku juga seperti anak bungsu sering mencari kebahagiaan hidup dalam kenikmatan dunia yang fana ini? Bukankah aku juga dalam foya foya duniawi itu malah merasa kosong dan hampa, tak  menemukan sukacita sejati bahkan terjerembab dalam penderitaan? Tapi aku juga seperti anak sulung. Bukankah aku sebagai org Katolik “selalu bersama Bapa”,  melalui sakramen2-Nya, DIA menggendongku sejak lahir sampai kematian. Terutama melalui ekaristi Dia menjadi roti kehidupanku setiap saat? Tapi apakah aku menyadarinya, merasakannya dan mensyukurinya? Lalu hidup imanku hanya sebatas taat aturan Gereja? “Tak pernah melawan perintah Bapa”? Ataukah iman Katolikku lebih dalam dari itu: berbelas kasih seperti Bapa (Luk 15). Prapaska berarti menemukan kebahagiaan sejati dalam pelukan kerahiman Allah.

Selamat berhari Minggu

Tuhan memberkati

TUHAN SANGAT BERBELASKASIHAN KEPADA KITA

Siraman Rohani Katolik, Mingu, 27 Maret 2022

Pater Fredy Jehadin, SVD

Novisiat SVA Kuwu Ruteng Manggarai Flores NTT.

HIDUP SEBAGAI ORANG MERDEKA

Renungan Katolik, Sabtu, 26 Maret 2022

Hosea 6:1-6

Mazmur 51:3-4.18-19.20-21ab

Lukas 18:9-14

Romo John Samur,, Pr

Pastor Paroki Sita Keuskupan Ruteng

Selamat bertemu lagi di hari baru, Sabtu akhir pekan 26 Maret 2022, pekan III Prapaskah, yang penuh berkat buatmu semua; ibu, bapa, saudari, saudara, para sahabat, kenalanku, para orang muda, anak-anak dan seluruh keluargaku di manapun berada, yang sungguh saya kasihi dalam Tuhan kita, Yesus Kristus.

Permenungan sekenanya saja

“…sebab aku tidak sama dengan semua orang lain”(Lukas 18:11). Ada yang terbentuk dalam hati kita. Itu berkenaan dengan keyakinan pada diri kita sendiri. Murah, meriah kita memberi penilaian serba baik pada diri kita sendiri.

Tidak ada yang salah di situ. Sebab bisa saja kita tidak banyak aneh dan eror nya. Tingkah laku kita terukur. Tertib dan teratur dalam disiplin rohani, kesaksian hidup kita jempolan.

Namun ada soal yang sering muncul. Saat hebatnya kita itu menjadi modal mumpuni untuk mengukur dan menghakimi sesama.  Di situ kita menjadi tidak sama dengan semua orang lain. Memang tak mau disamakan dengan orang lain, yang bernilai kurang, eror, suram dan buram.

Adakah anggapan dan penilaian tentang diri sendiri yang merendah? Yang jauh dari kesombongan diri dan keangkuhan rohani? Yang tidak merendahkan sesama? Rasanya hal itu tak mudah kita jumpai.

Perumpamaan Yesus tentang keangkuhan perilaku , kesombongan rohani  orang Farisi yang memborbardir  prilaku pemungut cukai  adalah sebuah sikap arogan, sombong dan sungguh merendahkan martabat sesama.

Tuhan tentu tidak membenarkan perilaku pemungut cukai dalam kesehariannya. Yang  salah dan kelam tetap tidak dapat dibenarkan. Tetapi di dalam Bait Allah itu terungkap kisah penyesalan dan tobat dari seorang pemungut cukai. Ada seruan memohon pengampunan yang lahir dari hati yang tulus.

Doa pemungut cukai itu adalah sebuah seruan untuk melihat dalam diri sendiri. Kita memang tidak selamanya lurus di jalan hidup kita ini. Kita bukan segalanya. Kerapuhan, kekurangan, keterbatasan, ketidakhebatan kita justru menuntun kita dengan lebih mudah kepada Kasih Tuhan.

Tuhan selalu mengampuni dari kedalaman KasihNya. Sebab Ia ingin kita kembali sebagai orang yang dibenarkan. Kembali hidup sebagai orang merdeka.

Betapa seringnya kita ‘menghitung hitamnya jalan hidup orang lain’. Dan kita menjadi lupa akan inti iman kita kepada Allah yang maha pengasih, pengampun dan penyayang.

Sebab seperti si Farisi, kita tidak kurang sering berusaha mengkudeta, mengkotakan dan memborgol Kasih Allah, bahkan di dalam Bait Kudus –  RumahNya sendiri. Di keseharian, kita sering berjuang untuk diakui, disanjung bahwa “kelompokku, kami-kami, tidak sama dengan dia, mereka dan semua orang lain”.

Tuhan, aku bersyukur dan berterima kasih kepadaMu karena aku selalu diingatkan untuk bersikap rendah hati, jujur, tulus, peduli, setia, tidak munafik, tidak arogan, menghargai orang lain, mengakui orang lain bisa lebih, bisa berbuat lebih, bisa menghasilkan lebih banayk dan lebih baik. Semaga hari ini aku diberi kemampuan untuk melakukan yang terbaik dengan kerendahan hati yang special selama hidup, baik di hadapanMu, maupun di dalam relasi dengan sesama, tanpa membedakan

Salamku dalam kasih Yesus dari pastoran Sita. Berkat Tuhan yang amat melimpah tercurah dala Ekaristi Kudus tadi pagi lewat tangan terurap imamNya ini untukmu semua, yang sungguh dikasihi dan mengasihi Tuhan. Mari kita tetap taat dan setia mengikuti protokol kesehatan.

Tuhan memberkati

TUHAN SELALU MEMBERKATI ORANG YANG RENDAH HATI DAN JUJUR

Siraman Rohani Katolik, Sabtu, 26 Maret 2022

 Kitab Hosea (6:1-6)

“Aku menyukai kasih setia, dan bukan kurban sembelihan.”

 Injil Suci menurut Lukas (18:9-14)

“Pemungut cukai ini pulang ke rumahnya, sebagai orang yang dibenarkan Allah.”

Pater Fredy Jehadin, SVD

Novisiat SVD Kuwu Ruteng Manggarai Flores NTT

TERJADILAH PADAKU MENURUT PERKATAANMU

Siraman Rohani KAtolik, Jumad, 25 Maret 2022

Hari Raya Kabar Sukacita

Kitab Yesaya (7:10-14; 8:10)

“Seorang perempuan muda akan mengandung.”

Surat kepada Orang Ibrani (10:4-10)

“Lihatlah Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu.”

Injil Suci menurut Lukas (1:26-38)

“Engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki.

Pater Fredy Jehadin, SVD

Novisita SVD Kuwu Ruteng Manggarai Flores NTT