Monthly Archives: Desember, 2022

PRIBADI YANG TULUS HATI

Renungan Katolik, Minggu, 18 Desember 2022

Hari Minggu Adven IV – Novena Natal Hari Ketiga

Santo Flannan

Santo Winebald

Kitab Yesaya (7:10-14)

“Seorang perempuan muda akan mengandung.”

Surat Rasul Paulus kepada umat di Roma (1:1-7)

“Yesus Kristus, keturunan Daud itu adalah Anak Allah.”

Injil Suci menurut Matius (1:18-24)

“Yesus lahir dari Maria, tunangan Yusuf, anak Daud.”

Romo Martin Chen, Pr

Direktur Puspas Keuskupan Ruteng

Santo Yusuf. Pribadi Advent yang bersahaja, “tulus hati”. Tak ada satu pun kata keluar dari mulutnya. Karena Ia hanya ingin mendengar Sabda Allah dan diresapi oleh-Nya. Mimpi pun tentang Firman. Inilah manusia kontemplatif sejati. Tidak terbuai oleh hingar bingar dunia dan terlena oleh gegap gempita zaman… Namun kontemplasi dalam aksi. Siap sedia menjadi Pelaku Firman… Setelah bangun, dia segera melakukan perintah malaikat padanya….Salam Hari Minggu Advent ke-4.

Tuhan memberkati.

TUHAN TELAH MENGANUGERAHKAN YANG TERBAIK BAGI KITA

Renungan Katolik, Kamis, 15 Desember 2022

Romo John Samur, Pr

Pastor Paroki Sita Manggarai Timur

Keuskupan Ruteng

Yesaya 54:1-10

Mzr 30:2.5-6.11-12a.13b

Injil Lukas 7:24-30

Selamat bertemu lagi di hari baru Kamis 15 Desember 2022, pekan III adventus, yang penuh berkat buatmu semua; ibu, bapa, saudari, saudara, para sahabat, kenalanku, para orang muda, anak-anak dan seluruh keluargaku di manapun berada, yang sungguh saya kasihi dalam Tuhan kita Yesus Kristus.

“…tetapi dalam kasih setia abadi Aku telah mengasihi engkau” (Yesaya 54:8). Kita memang ‘bukan siapa-siapa’. Kita hanya sebatas debu tanah dan nafas kehidupan itulah ‘segalanya yang kita miliki’. Tuhan telah menganugerahkan yang terbaik bagi kita.

Dalam segala yang kita punyai, kita ziarahi jalan hidup ini. Dalam kecemerlangan, pun dalam kekurangan; dalam segala sukses, pun dalam semua kegagalan; dalam ‘keharuman nama’; pun dalam ‘kehilangan nama’.

Kita memang tidak sanggup untuk pastikan seberapa pahit dan manisnya jalan hidup ini sungguh di bawah jaminan kekuatan diri kita sendiri. Kita bukanlah penguasa mutlak atas seluruh jalan hidup ini. Tidak kurang sering kita merasa diri ‘di atas segalanya’. Namun, sering kita harus merasa remuk dan letih tanpa daya.

Tuhan hadir dan berjalan bersama kita. Dalam kasih setiaNya yang tak pernah pudar. Itulah yang dialami bangsa Israel. Allah Israel bukanlah Allah yang merawat dendam atau pembalasan yang menghancurkan.

“Bangsa Israel pantas bergembira karena menerima Kasih Karuniaa Allah yang luar biasa. Israel tak pernah dipermalukan walaupun tak setia kepada Allah. Kasih Allah selalu lebih besar dari segalanya.”

Kata Santo Yohanes Paulus II, “Dalam sejarah manusia pewahyuan cinta kasih dan kerahiman itu mewujud dan bernama: Yesus Kristus”

Mari kita merindukan dengan penuh tulus dan segenap hati akan kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus. Perwujudan Kasih Sejati Ilahi yang sungguh memenangkan kita semua. Dia-lah narasi cinta dan setia yang tak berkesudahan. Abadi selamanya.

Tuhan, Allah yang Mahabaik, kasih setiaMu turun-temurun sejak manusia Kauciptakan sampai selama-lamanya. Saat ini Engkau memintaku agar tidak berkecil hati, karena Engkau tak akan meninggalkan dan mempermalukan aku. Tuhan, terimalah ucapan syukur dan terima kasihku di awal hari ini. Semoga kebenaran farmanMu memantapkan aku untuk membuka diriku terhadap rencana dan harapan akan hidup baru. Tuhan, dengan penuh iman; aku rela mengikutiMu untuk menjadi muridMu dan siap melaksanakan rencana, kehendakMi dalam seluruh ziarah hidipku. Tuhan, perbaharuilah selalu tutur kata dari mulutku, agar aku mengucapkan kata-kata yang menyejukkan, yang mempersatukan, yang mendamaikan, yang membawa sukacita. Semoga seluruh sikap dan perbuatanku menjadi berkat yang sungguh nyata dari kasih Allah bagi semua orang yang kujumpai, tanpa membeda apa pun situasi dan keadaan kami dalam ziarah kami di dunia fana ini. Perbaharuilah selalu HATIKU dengan kasihMu, agar tetap SETIA padaMu

Salamku dalam kasih Yesus dari pastoran Sita. Berkat Tuhan yang amat melimpah tercurah dalam Ekaristi Kudus tadi pagi, lewat tangan imamNya ini untukmu semua yang sungguh dikasihi dan mengasihi Tuhan.

Tuhan memberkati.

ADA MAKSUD MULIA DARI SESAMA

Renungan Katolik, Selasa, 13 Desember 2022

Pesta Santa Lusia

Zefanya 3:1-2.9-13

Mazmur 34:2-3.6-7.17-18.19.23

Injil Matius 21:28-32

Romo John Samur, Pr

Pastor Paroki Sita Manggarai Timir

Keuskupan Ruteng

Selamat bertemu lagi di hari baru Selasa 13 Desember 2022, pekan III advent, yang penuh berkat buatmu semua; ibu, bapa, saudari, saudara, para sahabat, kenalanku, para orang muda, anak-anak dan seluruh keluargaku di manapun berada, yang sungguh saya kasihi dalam Tuhan kita,Yesus Kristus.

“Sebab Yohanes Pembaptis datang  dan menunjukkan jalan kebenaran kepada kalian, tetapi kalian tidak percaya kepadanya….” (Matius 21:32). Hati-hati saja bila ketegaran hati sudah ‘jadi milik’, yang erat melekat di hati. Jalan budi dan lorong hati telah tertutup. Tak pernah lagi ada hal lain di luar diriku yang patut didengar.

Memang sungguh egois terasa, bahwa ‘apa yang kupikirkan dan kurasa, itulah segalanya’. Kita seakan sudah merasa aman dan damai dengan semuanya itu.

Jadinya, kita tidak sudi mengakrabi kata-kata orang lain. Kita segera memblokir seruan, ajakan, masukan dari sesama. Semuanya ‘bagaikan angin berlalu. Tak tertangkap. Tiada bermakna’.

Hati kita memang sudah tak sudi. Sebab kita sudah punya penangkal untuk menolak semua hal. Tak pernah sanggup membiarkan sedikitpun memahami bahwa ‘ada maksud mulia’ dari sesama.

Membiarkan diri untuk tulus menerima kritikan, kata-kata menantang, bahkan gugatan keras dari sesama, memang bukan soal yang mudah.

Memang berat. Sebab seringkali otak kita bisa dipakai demi aneka alasan untuk menantang dan membenarkan diri. Tidak kurang sering juga kuasa dan jabatan bisa dipakai sebagai benteng pertahanan yang ampuh. Untuk kebal dan tidak boleh terjamah oleh seruan sesama.

Begitu banyak jalan kebenaran, kebaikan dan keindahan yang telah ditunjukkan sesama. Bersyukurlah kepada mereka semua yang berani bersuara. Kita patut berterimakasih kepada sesama, atas perhatian mereka yang tulus bagi jalan hidup kita sendiri.

Kita sejatinya berhenti menunjukkan “siapa saya”. Untuk perlihatkan segala kemuliaan dan kebesaran yang mengitari diri kita.

Kita memang sejatinya ‘masuk dalam suasana sunyi untuk tengok ke dalam diri sendiri’.

Di jedah diri yang benar dan rendah hati inilah kita akhirnya bersujud dan bersyukur: saya sesungguhnya bukan siapa-siapa. Kita terlalu lemah, goyah dan rapuh untuk berbenah diri di jalan kebenaran itu.

Itulah jalan yang ditunjukkan Yohanes Pembaptis. Jalan pembebasan dan jalan kemerdekaan. Jalan yang dipersiapkannya bagi kita untuk bergerak dan melangkah menuju Dia yang dilahirkan dalam Sunyi dan Sederhana.

Santa Lusia melalui doa-doanya, menjadi Lux, cahaya dan terang serta jalan bagi kita.

Bapa, yang berbelas kasih. Berilah aku keberanian untuk melaksanakan kehendakMu, bukan sekadar berjanji dalam doa dan penampilan kami yang agamis. YaTuhan, orang yang tertindas berseru dan Engkau mendengarkannya. Arahkanlah hati, jiwa serta pandanganku pada fajar keselamatan yang akan terbit menghalau kekelaman dunia ini. Semoga kemartiran Santa Lusia meneguhkanku untuk bertekun memelihara iman akan Yesus Kristus PutraMu. Tunjukkanlah jalan kebenaranMu dan kobarkanlah iman, harap serta kasihku padaMu. Layakkan aku untuk menerima rahmat kelahiranMu. Tuhan Yesus, di zaman dengan teknologi canggih saat ini, kerap terjadi bahwa gaya beragama yang tampak dalam cara berpakaian, liturgi yang tertib, hiasan gereja yang indah, bisa duduk berlama-lama di kapel adorasi setiap hari, penampilan sosial sebagai orang agamis diyakini sebagai jalan menuju keselamatan. Ternyata, bukan itu yang paling utama untukMu. Ukuran kesalehan bagiMu: aku harus menghayati imanku dengan selalu mendekatkan diri padaMu dan melakukan perbuatan kasih yang berdampak nyata dalam hidup bersama dengan sesama. Semoga hidup keagamaanku setiap hari tidak membuat aku semakin terasing dari kemanusiaan dan belas kasih Allah sendiri

Salamku dalam kasih Yesus dari pastoran Sita. Berkat Tuhan yang amat melimpah tercurah dalam Ekaristi Kudus tadi pagi lewat tangan imamNya ini untukmu semua yang sungguh dikasihi dan mengasihi Tuhan pada pesta Santa Lusia, perawan dan martir.

Tuhan memberkati.

Pesta Santa Lusia

Zefanya 3:1-2.9-13

Mazmur 34:2-3.6-7.17-18.19.23

Injil Matius 21:28-32

MENGARAHKAN HATI  UNTUK MAU MENERIMA KEDATANGAN YESUS

Renungan Katolik, Senin, 12 Desember 2022

Romo John Samur, Pr

Pastor Paroki Sita Manggarai Timur

Keuskupan Ruteng.

Bilangan 24:2-7.15-17

Mazmur 24:4abc-5ab.6-7ab.8-9

Matius 21:23-27

Selamat bertemu lagi di hari baru Senin 12 Desember 2022, pekan III adventus, yang penuh berkat buatmu semua; ibu, bapa, saudari, saudara, para sahabat, kenalanku, para orang muda, anak-anak dan seluruh keluargaku di manapun berada, yang sungguh saya kasihi dalam Tuhan kita Yesus Kristus.

“…kita takut kepada orang banyak…”(Matius 21:26). Ada di posisi sulit? Itu yang sering kita alami. Ini memang soal alam dan suasana hati. Juga kesanggupan dan keberanian dalam memutuskan, ambil sikap.

Sejatinya kita putuskan sesuatu dan bersikap sambil berkiblat pada tatanan nilai. Misalnya tentang nilai; Kebaikan, Keadilan dan Kebenaran. Dan semua itu berkaitan dengan kepentingan sekian banyak orang.

Demi kebajikan yang bernilai mulia dan demi kebaikan banyak orang, segala yang  berorientasi hanya bagi diri sendiri mesti dipertimbangkan untuk digugurkan. Tapi apakah hal ini begitu mudah untuk dihayati?

Sebuah keputusan ataupun jawaban pasti mengandung risiko. Ada tanggungjawab di baliknya. Dan hal ini menuntut pengorbanan. Pertanyaannya; Siapa kah yang mau berkorban jika ‘jawaban ya atau tidak tetap menuntut risiko dan pengorbanan?

Tidak memutuskan dan tak bersikap sering jadi pilihan aman. Itu dilihat sebagai ‘jalan aman dan damai’. Sayangnya, hal ini biasanya tertahan hanya untuk melindungi diri dan kepentingan sendiri. Begitu banyak orang memilih untuk tak bersikap pasti walau demi nilai sekalipun.

Bisa terjadi ‘orang tidak mau repot. Tidak mau terlibat. Tidak ingin rusakan rasa harmoni dan kedekatan. Pun hingga pada jaga hati! Jangan sampai nanti terjadi rasa tidak baku enak. Sebab itulah orang memilih: diam, sunyi, tenang, tidak bersuara, tidak berpendapat, serta tak bersikap sedikitpun.

Kita sejatinya belajar untuk berani dalam mengambil sikap dan berpendapat demi nilai. Demi kebaikan bersama, sepatutnya ada sikap nyata yang mesti diperjuangkan.

Selalu ada bahaya dalam mengikuti Yesus, ketika menghayati hidup ini sebatas cari aman, hanya mempertahankan keamanan diri. Menjadi takut serta kerdil hati dan jiwa untuk hadapi risiko. Selalu menjauh dari apa saja yang menuntut pengorbanan.

Masa adventus mengarahkan hati kita untuk mau menerima kedatangan Yesus. Dia yang datang sebagai manusia. Tinggal di antara kita sebagai manusia. Dan Ia tahu.  Ia mau mengalami hidup dalam risiko sebagai manusia.

Tuhan, hidupku saat ini, selalu mengikuti dorongan, keinginan daging, mengabaikan bisikan suaraMu yang menyelamatkan badan dan jiwaku. Tuhan, semoga aku mau berkorban demi nilai Injil, demi nilai-nilai kemanusiaan. Dan semoga aku tetap mau berkorban menjadi berkat bagi sesama

Salamku dalam kasih Yesus untukmu semua dan keluarga. Berkat Tuhan yang amat melimpah tercurah dalam Ekaristi Kudus tadi pagi lewat tangan imamNya ini untukmu semua; yang sungguh dikasihi dan mengasihi Tuhan.

Tuhan memberkati.

HADIR BAGI YG LAIN

Renungan Katolik, Minggu, 11 Desember 2022

Romo Martin Chen, Pr

Direktur Puspas Keuskupan Ruteng

“Engkaukah Mesias yang akan datang itu, atau haruskah kami menantikan orang lain?” (Mat 11).

Jawaban Yesus terhadap pertanyaan Yohanes Pembaptis sangat mengesankan. DIA tak menjawabnya dengan langsung, tetapi menyebut tanda-tanda mesianis yang dikerjakan-Nya: “orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan, dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik.” (Mat 11, lihat Yes 35). Bagi Yesus, Mesias bukanlah status tetapi pelayanan. Bukan pertama tama gelar tetapi tindakan nyata menghadirkan kebaikan Allah dan  penyembuhan ilahi di tengah dunia. Demikian pula menjadi pengikut Mesias, orang Kristiani bukan sekedar simbol, tetapi hadir bagi yang lain untuk “menguatkan tangan yg lemah lesu, meneguhkan lutut yang goyah dan menghibur hati yang tawar: lihat. Tuhanmu datang!” (Yes 35). Marilah kita bersukacita karena Tuhan datang. Happy Sunday 3. Advent, Gaudete Sunday!

Tuhan memberkati kita.

BENIH KEBAHAGIAAN ITU ADA DI DALAM DIRI KITA

Renungan Katolik, Rabu, 7 Desember 2022

 Pesta St Ambrosius

Yesaya 40:25-31

Mzr 103:1-2.3-4.8.10

Injil Matius 11:28-30

Romo John Samur, Pr

Pastor Paroki Sita Manggarai Timur Keuskupan Ruteng

Selamat bertemu lagi di hari baru Rabu 07 Des 2022, pekan II Adventus, yang penuh berkat buatmu semua; ibu, bapa, saudari, saudara, para sahabat, kenalanku, para orang muda, anak-anak dan seluruh keluargaku di manapun berada, yang sungguh saya kasihi dalam Tuhan kita, Yesus Kristus.

“Tidak ada yang menyembuhkan diri sendiri dengan melukai orang lain” (Santo Ambrosius). Siapa yang tidak ingin akan ‘situasi kebahagiaan?’ Siapa pun berjuang menggapainya. Keadaan itu dirasakan saat impian dan kenyataan terhubung. Ketika cita-cita tiba pada kesampaiannya.

Katanya benih kebahagiaan itu sesungguhnya ada di dalam diri kita sendiri. Tetapi agar bertumbuh menjadi sebuah ‘pohon kebahagiaan,’ ia mesti disemaikan dalam ladang kehidupan dan dalam hati sesama.

Maka kita akan merasakan kebahagiaan itu dengan ‘melihat orang lain ceria’. Bahwa orang lain dapat tersenyum. Penuh harapan dalam hidup. Tidak mudah putus asa dalam aneka tantangan.

Maka kebahagiaan sesama adalah cermin yang memantulkan rasa sukacita dan harapan bagi kita pula. Ketika kita ingin mencari kebahagiaan itu hanya dalam diri sendiri dan demi sendiri, maka perangkap ‘ingat diri’ telah disiapkan untuk menjerat kita sepanjang ziarah hidup kita.

Maka kebahagiaan orang lain, hanya ditatap dalam lintasan iri hati ‘yang tidak ada model’. Dengan itu kita gagal menatap keberhasilan sesama. Tidak mampu ‘bergembira bersama’. Sebab iri hati, curiga, kemunafikan, sombong, dendam selalu datang mendera.

Ini semua sebenarnya, adalah tanda hati kita yang masih tetap terluka dan rasa tidak aman. Kita menjadi pribadi yang sungguh panik. Sebab kita merasa orang lain tak berhak mengalami sukacita itu.

Bagaimanapun hati kita yang terluka haruslah disembuhkan. Kita menyembuhkannya dengan mengubah cara pandang dan harus dengan cara pandang baru. Dengan memberi hati kita secara ikhlas. Setidaknya, mampu bergembira bersama yang gembira. Kita berjuang agar tidak masuk dalam jeratan ‘kecemburuan sosial’.

Kita bisa saja keliru dengan meyakini bahwa “kebahagiaan itu milikku semata. Orang lain telah merebutnya. Dan aku harus merampasnya kembali.” Maka di situ,  kekerasan sering tidak terhindarkan.

Katanya ada kepuasan bila telah menyakiti orang lain. Kita hidup dengan tesis, ‘pokoknya sudah lega, telah menghabisi dia, mereka, orang di sana, kelompok mereka.’ Sebab ada keyakinan: Aku dan kami pasti sembuh, sehat, puas, tersenyum, aman, serta penuh sukacita sebab telah melukai orang lain. Semua yang bukan ‘aku dan kami’.

Tetapi murid-murid Tuhan, sejatinya berjuang sebaliknya. Kita tetap sembuh dan berbahagia dalam Kasih kebahagiaan, kebaikan. Dan semua terungkap penuh ketulusan.

Marilah kita mengikuti jalan hidup santo Ambrosius, guru dari santo Agustinus: “Tidak ada yang sembuhkan dirinya sendiri dengan melukai orang lain.” Pedang, kekerasan, kata-kata tajam yang menyudutkan, hanyalah bukti nyata bahwa kita sebenarnya masih menjadi pasien yang ‘belum sembuh’. Dan kita pasti tidak mau menjadi pasien seperti itu hingga akhir hayat.

Tuhan, aku lelah dalam ziarah hidupku; karena pelbagai kesulitan hidup, penderitaan, masalah demi masalah, tantangan yang selalu menghadang aku untuk mengalami, menikmati sukacita, kegembiraan yang Engkau siapkan untukku. Hatiku bersukacita saat Dikau bersabda; datanglah pada-Ku kalian semua yang letih lesuh dan berbeban berat, Aku akan beri kelegaan padamu. Tuhan, kepada siapa lagi aku akan pergi, kalau bukan kepadaMu. Hanya Engkaulah andalanku dan kekuatanku. Tanpa Engkau aku tidak mungkin dapat berbuat apa-apa. Karena itu Tuhan, datanglah segera untuk menuntun ziarah hidupku. Kuberdoa agar Engkau selalu ada dan hadir untukku di ziarah hidup yang tidak mudah lagi

Salamku dalam kasih Yesus dari gereja Santo Andreas, Lasiana, Kupang. Berkat Tuhan yang melimpah tercurah dalam Ekaristi Kudus tadi pagi lewat imamNya ini, untukmu semua, yang sungguh dikasihi dan mengasihi Tuhan pada pesta Santo Ambrosius hari ini.

Tuhan memberkati.

PERSIAPKANLAH JALAN BAGI-NYA!

Renungan Katolik, Minggu, 4 Desember 2022.

Hari Minggu Adven II
Santa Barbara
Santo Christianus
Santo Osmundus
Santo Yohanes dari Damaskus
Kitab Yesaya (11:1-10)

“Ia akan menghakimi orang-orang lemah dengan keadilan.”
Surat Rasul Paulus kepada umat di Roma (15:4-9)

“Kristus menyelamatkan semua orang.”
Injil Suci menurut Matius (3:1-12)

“Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat”

Romo Martin Chen, Pr

Direktur Puspas Keuskupan Ruteng

Persiapkanlah jalan bagi-Nya! (Mat 3). Dalam kesibukan menyiapkan kandang dan  lampu natal, kue dan  baju natal, Yoh. Pembaptis mengajakku untuk tidak hanya berkutat dalam hal lahiriah-jasmaniah, tetapi juga tekun dalam hal spiritual: pembaruan relasi dengan Allah. Kemudian, sebuah jalan tidak pernah hanya dilalui seorang diri tetapi selalu digunakan oleh banyak orang. Maka aku diajak juga untuk membarui relasi dengan  sesama.  Yohanes memakai baju darrkulit unta dan makan belakang dan madu hutan. Simbol yang indah untuk pembaruan hidup yang ramah lingkungan…Pembaruan holistik!

Selamat  Minggu Advent ke-2.

“Prepare the way! Renew your life!”.

Tuhan memberkati.

KITA TERPANGGIL UNTUK MENJADI TANDA BERKAT BAGI DUNIA DAN SESAMA

Pesta St. Fransiskus Xaverius, Imam dan Pelindung karya misi

Santo Cassianus

Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (9:16-19.22-23)

“Celakalah aku jika tidak memberitakan Injil.”

Injil Suci menurut Markus (16:15-20)

“Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil!”

Romo John Samur, Pr

Pastor Paroki Sita manggarai Timur

Keuskuapn Ruteng

Selamat bertemu lagi di  hari baru Sabtu akhir pekan 03 Desember 2022, pekan I adventus, yang penuh berkat buatmu semua; ibu, bapa, saudari, saudara, para sahabat, kenalanku, para orang muda, anak-anak dan seluruh keluargaku di manapun berada, yang sungguh saya kasihi dalam Tuhan kita Yesus Kristus.

“Berkat apa pun yang anda berikan kepadanya, akan berbalik untuk kepentingan anda…..”

(St Fransiskus Xaverius). Hidup adalah berkat. Itulah kenyataan yang kita terima, yang tak pernah kita kehendaki. Apalagi ‘mengharuskan adanya’. Tuhan, dalam kuasaNya, menghadirkan kita sebagai anak-anak yang dikasihiNya.

Mari mengucapkan syukur dan pujian bagi Tuhan atas anugerah hidup yang sungguh agung dan mulia ini. Tuhan mempercayakan kepada setiap kita daya hidup itu. Ucapan syukur dan terimakasih pada Tuhan adalah tanda pengakuan: kita berasal dariNya, dan pada saatnya kita mesti berpulang padaNya.

Tanda syukur dan terimakasih itu harus diungkapkan pula dalam memberikan pengartian yang benar dan sehat tentang arti kehidupan itu. Antara ‘kedatangan dan kepulangan kita kepada Tuhan’ terhamparlah berbagai momentum pembuktian dan kesaksian bahwa hidup itu sungguh berarti atau bermakna.

Jalan demi pembuktian isi kehidupan pasti berbeda untuk setiap kita. Dalam rana insani, kita bisa saja tergoda untuk merasa diri ‘lebih berahmat dan terberkati ketimbang yang lain, yang ternilai durjana’. Di sini, hidup tidak ubah sebatas persaingan untuk ‘menjadi dan merasa lebih terberkati dibandingkan dari yang lain’.

St. Fransuskus Xaverius bisa ditafsir dalam cara yang mulia. Siapa pun terpanggil untuk menjadi tanda berkat bagi dunia dan sesama. Mulialah hati kita yang memiliki kepekaan untuk menjadi tanda berkat bagi orang lain yang ‘berkelok-kelok, tertati-tati dan tak sedap jalan hidupnya’. Kita sungguh hidup dalam kewibawaan, kehormatan serta marwah dari berkat itu sendiri bagi sesama.

Jalan hidup penuh berkat dan memberkati sering berubah menjadi redup. Semakin tidak bersinar terang. Merasa beriman dan beragama tetapi tetap genggam erat maut dan kekerasan adalah penyangkalan serius dari kewibawaan sebuah berkat.

Kerapuhan, kelemahan kehendak sungguh jadi ‘warna suram di relung hati’. Gairah untuk jadi berkat meredup dan tak mentereng. Akan tetapi, tidak kah Tuhan tetap menyediakan jalan yang penuh harapan demi mengumpulkan kembali ‘berkat yang tercecer’ menuju ziarah abadi.

St. Fransuskus Xaverius, di masa itu, berlangkah dan berlayar sungguh jauh. Hingga ke wilayah Tanah Air Indonesia tercinta. Ia cuma berbekalkan keberanian dan pemberian diri yang total. Ia bermodalkan berkat Tuhan yang diterimanya. Dan hanya mau menjadi tanda berkat bagi sesama.

Kita sungguh luar biasa dan istimewa bagi orang lain. Sebab ‘kita berjalan dari satu tempat ke tempat lain dan tetap berbekalkan mulut, kata-kata, ucapan yang memberkati. Yang memberi harapan bagi sesama. Bukan ucapan, kata-kata provokasi yang menghasut dan memecah belah orang yang mendengar, yang tidak mendamaikan, yang tak mencerahkan.

Kita sungguh terberkati. Sebab kita memberikan kekuatan dan kesejukan terhadap sesama yang tidak beruntung nasib dan jalan hidupnya. Dan di situlah berkatmu menjadi sepenggal doa. Yang paling tulus dan polos buat sesama.

Bapa surgawi, santo Paulus, rasulMu telah menjadi alatMu. Ia telah mengalami kemurahanMu dalam hidupnya. SemangatNya menjadi obor yang menyala untuk memenangkan jiwa-jiwa. Berilah padaku ya Tuhan, semangat yang rela memberi diri bagi sesama. Semoga hari ini aku sungguh dapat memuliakan Dikau bersama St. Fransiskus Xaverius. Aku mohon, berilah aku rahmatMu yang aku butuhkan. Semoga dengan bantuan rahmatMu, keberadaanku mampu menjadi tanda kasihMu pada sesama, terutama semua orang yang ada di sekitarku. Sertailah aku selalu dalam niat dan usahaku, kendati aku masih sering jatuh bangun di dalam kelemahan manusiawi. Jadikan aku pribadi yang tidak munafik, tetap rendah hati, sabar dan tekun dalam karya pelayanan, rela dan berani berkorban demi sesama dan setia di jalan yang telah kupilih

Salamku dalam kasih Yesus dari pastoran Sita. Berkat Tuhan yang amat melimpah tercurah dalam Ekaristi Kudus tadi pagi lewat tangan imamNya ini untukmu semua yang sungguh dikasihi dan mengasihi Tuhan pada pesta Santo Fransiskus Xaverius, pelindung karya misi di Indonesia.

Tuhan memberkati,