PUASA HARUS TETAP MEMBUAT WAJAH KITA CERIA

Pesan Sabda Tuhan Hari Ini, Rabu Abu, 22 Februari 2023-02-23

Hari Pantang dan Puasa

I Yoel 2:12-18

Mzr 51:3-4.5-6a.12-13.14.17

II 2Korintus 5:20 – 6:2

Injil Matius 6:1-6.16-18

Romo John Samur, Pr

Pastor Paroki Sita Manggarai Timur

Keuskupan Ruteng

Selamat bertemu lagi di hari baru 22 Februari 2023, Rabu-Abu pembukaan Retret Agung, yang penuh berkat buatmu semua; ibu, bapa, saudari, saudara, para sahabat, kenalanku, para orang muda, anak-anak dan seluruh keluargaku di manapun berada, yang sungguh saya kasihi dalam Tuhan kita Yesus Kristus.

“…supaya jangan dilihat orang bahwa engkau sedang berpuasa…” (Matius 6:18). Ada hal yang dapat kita pamerkan dalam hidup. Ada banyak hal yang dapat kita kabarkan, kita sebarkan, kita posting. Maksudnya jelas, agar inti yang diberitakan itu menjadi perhatian khalayak. Dari sana bisa terbangun sebuah sikap solider positif bersama.

Sikap pribadi dan bersama itu tidak kurang sering lahir karena pemberitaan. Apalagi bila hal itu berkenaan dengan soal kemanusiaan. Kita memang tidak boleh ‘hening sunyi’ bila bencana harkat, nilai kemanusiaan telah menjadi goyah.

Tetapi tentang ‘berdamainya diri kita dengan Allah’ (2Kor 5:20), biarlah menjadi “kisah batiniah – kerohanian yang pribadi.” Artinya???

Hindari kesan seolah ‘aksi pameran’, dalam; ‘doa, sedekah, puasa kita’. Biarkan semuanya senyap dari maksud ‘buka-bukaan maupun tersamar’ bahwa kitalah yang menjadi tokoh utama atau pusat perhatian dari doa – sedekah – puasa.

Bila berdoa, tutuplah pintu kamar. Itu urusanmu yang sangat ‘sakral dan pribadi dengan Tuhan’. Maksudnya ‘jangan terlihat, apalagi dinilai kita mementaskan  kesalehan karena kita selalu khusuk berdoa. Bila bersedekah, itu relasimu penuh dermawan dengan sesama, dalam diam. Tidak dimaksudkan agar dinilai berbelaskasih, dermawan.

Puasa, harus tetap membuat wajah kita ceria. Artinya, jangan ‘mengatur wajah begitu sedih, muram, murung dan kusam’, dengan maksud agar dunia tahu kita lagi puasa. Jangan! Puasa bukanlah seremoni yang heboh dan menggelegar.

Biarlah wajah kita, tetap ceria. Tetap berbinar mata dan secerah rembulan emas di langit malam, bahwa itu keaslian diri kita yang mesti menatap dan mengalami hidup sebagai hidup itu sendiri.

Tetapi ingatlah, puasa sebenarnya menarik kita pada ‘tubuh kita yang tidak terawat sungguh’. Sebab ia telah benar-benar ‘disiksa’  oleh hidup yang penuh dengan hasrat dan selera yang tidak terukur. Puasa membuat kita berdamai dengan ‘tubuh kita sendiri’. Sebab, tubuh telah menjadi lumbung dari benih penyakit, akibat terlanjur melayani pola hidup yang serba tak teratur.

Puasa adalah gema lonceng batin yang mengingatkan bahwa kita sudah lebih dari ‘cukup’. Bahwa kita telah ‘gemuk bermekaran dalam apa yang kita miliki’. Tinggal bagaimana kita sanggup menatap dalam aksi kepada yang tidak berpunya selayak dan sewajarnya. 

Puasa juga berarti sebuah ‘panggilan untuk menata lagi arus dan gelora panca indra’ kita. Sebab, pancaindra yang dikompori oleh kelemahan kehendak justru akan membuat kekacauan berantai.

Puasa berarti sebuah kegairahan untuk berceria lagi di batin, di hati nurani, di pikiran, di ujaran, di rentetan sikap, tindakan perbuatan yang semestinya. 

Puasa memang memanggil kita untuk kembali kepada citra hidup penuh dengan keseimbangan, harmoni, serta kerapihan hidup itu sendiri dalam aneka rananya.

Tuhan Yesus, hari ini, aku sudah masuk di hari awal masa pertobatan. Utuslah RohMu, agar aku dapat menguasai mataku, mulutku telinga, hatiku, perasaanku. Semoga aku tetap tampil rendah hati di manapun aku berada, berkarya, melayani. Selalu tenang,  sabar dalam menghadapi semua soal tanpa rasa panik yang membingungkan orang lain. Tuhan Yesus, semoga di masa retret agung ini; doa, puasa, pantang, amalku ada gunanya bagi iman dan pengharapanku dan bagi iman serta pengharapan sesamaku

Salamku dalam kasih Yesus dari pastoran Sita. Berkat Tuhan yang amat melimpah tercurah dalam Ekaristi Kudus tadi pagi lewat tangan imamNya ini untukmu semua yang sungguh dikasihi dan mengasihi Tuhan. Selamat mengikuti reret agung selama 40 hari

Tuhan memberkati.

Tinggalkan komentar