Monthly Archives: Oktober, 2023

HATI TUHAN SELALU TERBUKA  

Pesan Sabda Tuhan Hari Ini

Romo John Samur, Pr

Pastor Paroki Sita Manggarai Timur

Keuskupan Ruteng

Selamat bertemu lagi di hari Kamis 12 Oktober 2023, pekan biasa XXVII, yang penuh berkat buatmu semua; ibu, bapa, saudari, saudara, sahabat, kenalan, orang muda dan anak-anak serta seluruh keluargaku di manapun berada, yang sungguh saya kasihi dalam Tuhan kita, Yesus Kristus.

Maleakhi 3:13 – 4:2a

Mazmur 1:1-2,3,4,6

Injil Lukas 11:5-13

Tuhan menanti kita, yang tidak pernah bosan berbuat dosa untuk mengusik-Nya

“…karena sikapnya yang tidak tahu malu itu, ia akan bangun dan memberikan padanya apa yang diperlukannya” (Lukas 11:8). Menjadi pengemis? Menjadi peminta-minta? Menjadi orang yang sungguh mengharapkan belaskasih dari orang lain? Sebagian besar jalan hidup kita ini bertumpuh pada donasi? Ini bukanlah perkara hati yang ringan dan gampangan.

Ketika kita miliki sikap ‘tada tangan’ atau ‘bersuara penuh permohonan’ memang amat dituntut sikap merendahkan diri. Dan persis pada titik ini ‘menjadi seorang peminta’ bukanlah hal yang mudah. Karena ini soal harga diri, menjaga martabat perasaan. Kita lazimnya tidak mau dianggap rendah di hadapan sesama dengan bersuara memohon belaskasih.

Bisa saja terjadi, demi harga diri bagi diri sendiri, orang bisa bertahan untuk tak akan meminta dan mencari serta mengetuk.  Karena orang tidak mau dianggap rendah. Namun, demi hidup dan nasib sesama, mestikah ‘harga diri disakralkan dan tidak boleh diprofanasi’ dan tidak boleh bermohon?

Demi kebaikan bersama, demi kehidupan orang banyak, demi martabat manusia, kita mesti merasa terpanggil untuk mencari jalan keluar yang terbaik. Kita mengetuk pintu hati sesama dan dunia, untuk mengambil langkah tepat dan bertindak dalam cinta serta belaskasih.

Kita mau tidak mau mesti merayakan hidup dengan tidak hanya memperhatikan kepentingan sendiri. Dengan mencemaskan diri sendiri mengenai apa harus kita peroleh. Ada begitu banyak orang yang melintas di hadapan mata kita, yang mengganggu nurani kita. Semuanya agar kita dapat berbuat sesuatu. Walaupun sesederhana apa adanya!

Tetapi di atas segalanya, di ziarah hidup ini, di hadapan Tuhan, kita semua tetaplah insan-insan peminta-minta, pencari, pengetuk pintu hati Tuhan. Tuhan tahu dan memaklumi apa yang kita impikan serta apa yang kita butuhkan di ziarah hidup ini.

Soal kita adalah bagaimana caranya kita menghadap takhta kemurahan Tuhan?

Tuhan tak akan memberikan ular jika yang kita minta adalah ikan; atau kita mendapatkan kalajengking jika sekiranya kita harapkan telur (Luk 11:11-12).

Tetapi apakah kita memiliki dan ciptakan kesempatan itu untuk berseru kepadaNya? Bagaimana pun, Tuhan tetap menanti. Hati Tuhan selalu terbuka. Marilah kita datang untuk mengusik hati Tuhan. Masalah kita saat ini adalah, Tuhan yang tidak tidur mesti berhadapan dengan kita yang banyak kali ‘tidur dari kesempatan berdoa. Tuhan yang tidak berdosa mesti berhadapan dengan kita yang belum bosan, belum capeh jatuh terpuruk dalam dosa. Tuhan yang selalu menyiapkan kesempatan dan ruang untuk ada dan hadir bagi hidup kita justru berhadapan dengan kita yang jarang menyiapkan ruang dan waktu special bagi Tuhan. Tuhan sibuk memberi berkat dan rahmat berlimpah justru berhadapan dengan kita yang sibuk dan asyik mencari, terus mencari dan mengumpulkan lebih, hingga berkelimpahan dan tidak tahu lagi bagaimana menggunakannya. Santo Gregorius Nazian tegaskan “nafsu akan harta, jabatan kekayaan, popularitas adalah penyimpangan dari cinta Allah. Kemarahan dan sikap provokatif adalah sebuah bentuk penyimpangan dari keberanian menjalani hidup dengan baik serta benar”.

Allah Bapa di dalam surga, buatlah aku tabah, sabar, tenang dan kuat apabila kesulitan datang meliliti hidupku silih berganti. Aku memohon, kobarkanlah satu semangat baru dalam hatiku untuk tetap setia pada apa yang menjadi kehendakMu. Hanya Engkaulah pedoman hidupku yang membawa aku dalam keselamatan. Allah, janganlah biarkan aku jadi lengah dan terhanyut dalam kesia-siaan duniawi. Allah, jadikanlah aku orang yang rendah hati dan sederhana untuk setia melaksanakan rencana dan kehendakMu. Tanpa penyertaanMu, aku bukanlah siapa-siapa dan tak mungkin dapat berbuat apa-apa. Aku ini hanyalah debu tanah alas kakiMu yang Kudus.

Salamku dalam kasih Yesus dari pastoran Sita. Berkat Tuhan yang amat melimpah tercurah dalam Ekarusti Suci tadi pagi lewat tanganku ini untukmu semua; yang amat dikasihi dan mengasihi Tuhan.

Tuhan memberkati.

PADUAN SUARA PAROKI SANTU NIKOLAUS GOLO DUKAL KEUSKUPAN RUTENG

KITA MENJAUH, NAMUN TUHAN SELALU MENDEKAT

Pesan Sabda Tuhan Hari Ini

Romo John Samur, Pr

Pastor Paroki Santa Maria Assumpta Sita Manggarai Timur

Keuskupan Ruteng

Selamat bertemu lagi di hari Selasa, 10 Oktober 2023, pekan biasa XXVII, yang penuh berkat buatmu semua; ibu, bapa, saudari, saudara, sahabat, kenalan, orang muda, anak-anak dan seluruh keluargaku di mana pun berada, yang sungguh saya kasihi dalam Tuhan kita Yesus Kristus.

Yunus 3:1-10

Mazmur 130:1-2.3-4ab.7-8

Lukas 10:38-42

Kita menjauh, namun Tuhan selalu mendekat

“Bersiaplah Yunus, lalu pergi ke Niniwe, sesuai dengan Firman Allah.” (Yunus 3:3). ‘Tiga hari tiga malam tinggal dalam perut ikan'(Yun 1:17), itulah saat awal kembalinya Yunus ke jalan Tuhan. Tidak hanya sebuah jarak fisik tercipta untuk harus kembali pada jalan ke Niniwe, namun terutama adalah satu jarak perubahan batin pribadi. Semuanya supaya kembali pada suara Tuhan yang memanggil.

“Ruang kapal yang paling bawah dan alam di dalam perut ikan” akhirnya, bagi Yunus, bukan sekadar beda suasana. Di atas semuanya, terdapat pertentangan arah hidup & orientasi panggilan Yunus. “Kapal yang akan membawa Yunus ke Tarsis, menjauhi Tuhan” (Yun 1:3), harus dikalahkan oleh ikan besar yang membelokkan arah ziarah Yunus ke Niniwe. Untuk bisa berbalik pulang berarah mendekati Tuhan.

Yunus, yang semula tidak siap ke Niniwe, kini menjadi Yunus yang bersiap-siap ke Niniwe. Di situ, “mulailah Yunus masuk ke dalam area kota yang panjangnya sehari perjalanan jauhnya” (Yunus 3:4). Apakah dari rangkaian seruan pertobatan Yunus ke penduduk Niniwe itu tidak bertolak dari kuasa Allah yang mengubah? Ataukah suara Allah yang memanggil tak bertolak dari tanggapan Yunus yang ingin menjauh?

Gereja yang menginjili tentu bertolak dari Gereja yang diinjili. Tentu Gereja yang menyerukan pertobatan mestinya juga bertolak dari ‘Gereja yang telah kembali pada jalan panggilan Tuhan’.

Yunus diteguhkan untuk menyerukan; “empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan” (Yun 3:4). Sebab, Yunus sendiri telah melewati kisah yang amat dramatis berbalik pada kehendak dan panggilan Tuhan.

Kita sesungguhnya tidak bernyali untuk mewartakan pertobatan seperti yang dikehendaki oleh Tuhan. Supaya bisa mendekati dan mengasihi, mendoakan dan memberkati kaum yang malang di dalam pelbagai bentuk keterpurukan atau kejatuhan karena dosa. Kita, tidak kurang sering begitu asyik dalam kesalehan dan rasa diri benar seolah milik kita sendiri’. Kita menjauhkan diri sendiri yang menganggap diri ‘saleh dan selalu benar dari orang yang beraroma Niniwe’. Dan kemudian, kita menjadi rajin berkomentar miris,  mengumpat serta menghakimi dari sebuah jarak jauh dan tersembunyi.

Maka, biarlah diri kita masuk menjadi ‘manusia-manusia yang ditelan dalam perut ikan besar’ untuk diteguhkan di dalam jalan Tuhan sendiri. Demi mencintai, bersuara kasih kepada siapapun sesama. Dan bukannya ingin menjadi ‘manusia pelaut, yang katanya kapal bastom,  lapas tali lapas cinta dari suara Tuhan memanggil’, untuk mengasihi semua sesama kita.

Allah Bapa, yang Maha Bijaksana. Utuslah Roh KudusMu agar aku dapat berbuat kasih pada sesama dan bersikap rendah hati untuk bertobat. Semoga aku berbalik untuk mendengar sabdaMu dan melakukannya dengan sepenuh hati. Allah, jangan biarkan aku berbuat baik dengan keluhan serta pamrih tertentu. Semoga aku menjadi orang yang tampil tenang, sabar, peduli pada situasi orang yang ada di sekitar, selalu membawa damai, sukacita, mau tampil sederhana dan rendah hati. Ya Tuhan, hanya Engkaulah andalan dan kekuatanku. Tanpa Engkau, aku tak bisa berbuat apa-apa.

Salamku dalam kasih Yesus dari Pastoran Sita. Berkat Tuhan yang amat melimpah tercurah dalam Ekaristi Suci tadi pagi lewat tanganku ini untukmu semua, yang amat dikasihi dan mengasihi Allah.

Tuhan memberkati.

EKARISTI ADALAH WUJUD SEMPURNA SELEBRASI IMAN

Renungan Katolik, Minggu, 8 Oktober 2023.

Hari Minggu Biasa XXVII

Santo Yohanes Leonardi

Kitab Yesaya (5:1-7)

“Kebun anggur Tuhan semesta alam ialah kaum Israel.”

Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Filipi (4:6-9)

“Lakukanlah semua yang telah kamu lihat padaku, maka Allah, sumber damai sejahtera, akan menyertai kamu.”

Injil Suci menurut Matius (21:33-43)

“Kebun anggur itu akan ia sewakan kepada penggarap-penggarap lain.”

Romo Martin Chen, Pr

Direktur Puspas Keuskuapn Ruteng

Kebun anggur adalah lambang kehidupan yang sejahtera, dan bahagia. Simbol untuk hidup sebagai anugerah yang perlu diselebrasi. Tak heran dalam pesta di Kana, kehabisan anggur merusak suasana sukacita. Sebaliknya anggur yang melimpah membuat communio (kebersamaan) menjadi indah dan bermakna. Iman perlu diselebrasi. Ekaristi adalah wujud sempurna selebrasi iman. Persis simbol utamanya adalah roti dan anggur. Selebrasi iman ini berlanjut dalam hidup sehari hari. Tiap aspek kehidupan seyogyanya menjadi ekspresi selebrasi iman. Tugas pekerja kebun anggur adalah merawat selebrasi iman agar berbuah dalam kehidupan. Simbol bagi perutusan murid Kristus  kini. Sayangnya rutinitas ibadat, otomatisme iman, kemapanan status, egoisme dapat membuatku menjadi “hamba yang jahat”: Tidak hanya lupa akan perutusanku tapi juga identitasku sebaga “pekerja” bukan “pemilik”. Lupa bersyukur, lupa bersaksi, lupa berbagi, lupa ber-communio, lupa berselebrasi..Ekaristi hari minggu adalah momentum pemurnian jatidiriku dan pembaruan komitmen perutusanku.

Selamat berhari Minggu.

TEKUN DAN SEHATI DALAM DOA

Pesan Sabda Tuhan Hari Ini

Romo Johnn Samur, Pr

Pastor Paroki Sita Manggarai Timur

Keuskupan Ruteng

Selamat bertemu lagi di hari baru Sabtu, 7 Oktober 2023, Pesta Santa Perawan Maria, Ratu Rosario, pada pekan biasa XXVI, yang penuh berkat buatmu semua; ibu, bapa, saudari, saudara, para sahabat, kenalanku, para orang muda, anak-anak dan seluruh keluargaku di mana pun berada, yang sungguh saya kasihi dalam Tuhan kita Yesus Kristus.

Kisah Para Rasul 1:12-14

Mazmur 1:46-47.48-49.50-51.52-53.54-55.

Injil Lukas 1:26-38

Mari kita gaungkan gema doa dan berkat di antara kita dan demi sesama

“Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama….” (Kis 1:14). Kita berkumpul bersama-sama itu menarik. Itu bisa menjadi dasar bagi kita memperoleh inspirasi. Meneguhkan rasa persatuan. Mengungkapkan perasaan sukacita bersama.

Kumpul-kumpul juga adalah ikhtiar untuk mengungkapan diri bahwa kita tidak pernah sendiri. Ada niat tulus di hati untuk menjangkau sesama. ‘Berbagi kehadiran’ adalah sebuah tanda pemberian diri kita yang teramat nyata.

Tetapi ada kumpul-kumpul yang jauh dari gema nilai kehidupan. Kumpul-kumpul yang digerakkan oleh energi negatif. Yang bertumpuh di rancangan demi kepentingan sendiri dan kelompok. Hanya ‘keuntungan kita’ yang mesti diperjuangkan dan dengan itu kita mengenyahkan orang lain.

Itulah kumpul-kumpul yang  memandang ‘orang lain, yang bukan kita’ dalam kerangka salah, tidak benar,  fatal, suram dan kelam’. Ada lagi kumpul-kumpul yang hanya sebatas buang-buang waktu. Dengan sibuk-sibuk dan isi bicara ‘yang tidak berguna’ (2 Tes 3:11).

Sejatinya ‘kumpul-kumpul kita’ dipulangkan lagi pada akar dan bobot yang benar. Nutrisi rohani, kita perlukan demi ‘kualitas perkumpulan yang sehat dan segar’.

Bagaimanapun seperti itulah gema kumpul-kumpul para murid yang mesti segera kita hidupkan lagi setelah kisah kelam derita dan kematian Yesus, Sang Guru. Andreas, Yohanes, Yakobus, Petrus, Filipus, Thomas, Matius, Yakobus bin Alfeus, Simon orang Zelot, Batolomeus dan Yudas bin Yakobus, dalam satu hati bersama Maria, Ibu Yesus dan saudara-saudaraNya, selalu ada bersama untuk menata ulang ‘perkumpulan mereka’.

“Tekun dan sehati dalam doa” itulah citra dasar roh yang mesti kembali menjadi aura kehidupan bersama kita saat ini. Para murid saling meneguhkan, mendoakan, memberi berkat. Semua itu demi saling mengungkapkan kata-kata pengharapan.

Marilah kita meninggalkan kumpul-kumpul kita yang selalu dipertautkan dengan ‘lagu-lagu usang bernada minor, bernada dendam, berwarna ujaran kebencian tanpa harapan dan tanpa kata-kata berkat’ tentang ini dan itu terhadap sesama yang lain’.

Kita memang mesti mencari kembali dan terbiasa lagi untuk “naik ke ruang atas, supaya bertekun dan sehati dalam doa bersama” (Kis 1:14). Berdoa bersama di dalam rumah kita sendiri, berdoa bersama di dalam Komunitas Basis Gerejawi, bersama para tetangga kita seiman. Kalau yang sangat sederhana ini juga tidak bisa kita lakukan, sesungguhnya kualitas iman kita diragukan, kalau tak mau dikatakan lagi tidak sedang baik-baik saja.

Hari ini kita peringati Santa Perawan Maria, Ratu Rosari. Kita harus berdoa Risario. Doa Risario harus menjadi doa harian yang amat akrab dalam kehudupan umat beriman. Dengan doa itu, banyak sekali orang yang mengalami rasa tenang, rasa aman, tentram, bahagia dan pelbagai persoalan hidup bisa terselesaikan.

Allah Bapa, yang Mahabaik. Tuhanku, anugerahkanlah  padaku hati dan semangat  untuk berusaha menjadi pribadi yang jujur, setia, taat, dan mau bersyukur untuk semua hal yang aku terima. Semoga berkat iman St. Maria, aku meneladani hidupnya yang rendah hati, mampu merenungkan tiap peristiwa hidup bersama RohMu, sehingga dengan berani aku dapat berkata; “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanMu”. Semoga aku tampil tenang, sabar, peduli pada hidup bersama dengan sesama, sederhana, rendah hati, jujur, berani mengakui kelemahan, kekuranganku dan selalu mengoreksi diri. Semoga kehadiranku dalam hidup bersama tidak untuk menyusahkan, tidak untuk menjadi beban melainkan membawa damai, sukacita, kegembiraan yang bening, sebening embun pagi yang masih perawan.

Salamku dalam kasih Yesus dari pastoran Sita. Berkat Tuhan, yang amat melimpah tercurah dalam Ekaristi Suci tadi pagi lewat tanganku ini untukmu semua yang amat dikasihi dan mengasihi Tuhan.

Tuhan memberkati.

MENERIMA KEMARAHAN DALAM KASIH SESAMA

Pesan Sabda Tuhan Hari Ini, Jumad, 6 Oktober 2023

Romo John Samur, Pr

Pastor Paroki Sita Manggarai Timur

Keuskupan Ruteng

Selamat bertemu lagi di hari Jumat, 6 Oktober 2023, pekan biasa XXVI, yang penuh berkat buatmu semua; ibu, bapa, saudari, saudara, para sahabat, kenalanku, para orang muda, anak-anak dan seluruh keluargaku di manapun berada, yang sungguh saya kasihi dalam Tuhan kita Yesus Kristus.

Baruk 1:15-22

Mazmur 79:1-2.3-5.8-9

Injil Lukas 10:13-16

Antara Kasih dan Marah

“Celakalah engkau…” (Lukas 10:13). Kasih yang muncul di dalam kemarahan, sejatinya harus kelihatan itu diungkapkan. Tidak untuk menghancurkan atau membinasakan. Dalam kemarahan terdapat apa yang mesti diluruskan. Ada sesuatu yang dirancang dan harus ditata kembali.

Dalam satu catatan terlukis: “Aku marah pada temanku; aku mengungkapkan kemarahanku, dan hilanglah marahku. Aku marah pada lawanku; aku tidak mengungkapkannya, dan membesarlah marahku.”

Ada jalan berkelok yang kita lewati. Kita diluruskan lagi, dari dalam ‘kemarahan itu’. Semuanya agar kita dapat berjumpa kembali. Itulah kasih yang termeterai dalam kata. Lalu bagaimana kah sikap seorang ‘musuh, orang yang tidak mengasihi dan bahkan hanya membenci?’

“Dia membiarkanmu dalam ketidaklurusan. Sebab ia tahu dan cerdas merancang untuk bakal menikmati keuntungan dari ketakberuntungan dan kekuranganmu. Ganti bicara dalam kasih, ia lebih memilih ‘duduk berjam-jam untuk memperguncingkan kekuranganmu. Jauh dan tersembunyi dari hadapanmu. Musuh itu bakal tidak peduli untuk merembes ke sana-ke mari ketidakhebatanmu”.

Tetapi, berbesar hatilah untuk menerima ‘kemarahan dalam kasih’ sesama kita. Sedikit pun tidak ada niat untuk menghancurkan jalan kehidupan dan cita-cita hidup kita. Bagaimanapun tentu dibutuhkan satu sikap penuh kerendahan hati untuk mendengarkan.

“Celakalah….!!” Kata-kata keras Yesus bagi Khorazim, Betsaida dan Kapernaum. Apakah Yesus menginginkan agar ketiga kota itu hancur dalam ‘kematian?’ Tidaklah demikian. ‘Teguran keras dalam Kasih’ dimaksudkan agar kota-kota itu bertobat, berjumpa kembali dengan Tuhan Sang pemberi hidup dan kehidupan. Agar kembali dalam Kasih. Agar tak terus menolak dan mengingkari daya rahmat keselamatan yang datang dari Tuhan.

Kata si bijak, “kita memang mesti tahan banting akan ‘kata-kata keras’ lurus dan langsung dari seorang sahabat. Tetapi sejatinya kita berhati-hati dan tidak boleh terkesima, terhanyut dengan jutaan kata-kata sanjungan seorang ‘musuh’. Yang tampak ‘tersenyum berbaik-baik di depanmu, namun ternyata, ia bakal segera menistakanmu di belakang-belakang’.

Marilah kita yakin bahwa “kemarahan dalam dan karena Kasih akan membuat kita dapat berjumpa kembali dengan rasa sukacita, damai, aman, bahagia”. Di dalamnya Allah ada dan hadir menyapa kita dengan sapaan & wajah yang lembut.

Tuhan Yesus, Engkaulah guru dan gembalaku yang mahabaik bagiku yang menjadi pengikutMu. Semoga ajaranMu hari ini menguatkan imanku, menyalakan harapanku dan mengobarkan kasihku untuk tetap setia kepadaMu. Aku memohon agar Engkau membimbing setiap langkah dan aktivitasku bersama dengan sesama. Tuhan Yesus, semoga seluruh aktivitasku hari ini aku lakukan dengan tenang, sabar, fokus, rela berkorban, peduli pada sutuasi sekitar. Semoga aku dengan berani mau mengakui kelemahan, kekurangan, keterbatasan dan selalu mengoreksi diri serta prilakuku. Semoga aku tampil sederhana, rendah hati di dalam hidup bersama sesama. Hanya Engkaulah andalan dan kekuatanku. Tanpa Engkau, aku tidak dapat berbuat apa-apa.

Salamku dalam kasih Yesus dari pastoran Sita. Berkat Tuhan yang amat melimpah tercurah dalam Ekaristi Suci tadi pagi lewat tanganku ini untukmu semua, yang amat dikasihi dan mengasihi Tuhan.

Tuhan memberkati.

FESTIVAL GOLO CURU KEUSKUPAN RUTENG 2023 DALAM GAMBAR

Ruteng, 5- 7 Oktober 2023.

“KAMU TIDAK MEMPUNYAI MUSUH, KECUALI DIRIMU SENDIRI “

Pesan Sabda Tuhan Hari Ini, Rabu, 4 Oktober 2023

Romo John Samur, Pr

Pastor Paroki Sita Manggarai Timur

Keuskupan Ruteng

Selamat bertemu lagi di hari Rabu, 4 Oktober 2023, Pesta St. Fransiskus Asisi, https://id.wikipedia.org/wiki/Fransiskus_dari_Assisi pada pekan biasa XXVI, yang penuh berkat buatmu semua; ibu, bapa, saudari, saudara, para sahabat, kenalanku, para orang muda, anak-anak dan seluruh keluargaku di mana pun berada, yang sungguh saya kasihi dalam Tuhan kita, Yesus Kristus.

Nehemia 2:1-8

Mazmur 137:1-2.3.4-5

Injil Lukas 9:57-62

Cinta Damai, Persahabatan Sejatinya Menjadi Kisah Keseharian Kita

“Tidak ada yang disebut musuh, semua adalah kawanmu. Kamu tidak mempunyai musuh, kecuali dirimu sendiri” (Santo Fransiskus Assisi). Ikatlah benang Kasih Sayang di antara kita. Karena dunia ini sejuk untuk kita bergandeng tangan dalam senyum polos penuh ceria. Life is beautiful,. Sungguh hidup itu indah nan ceria.

Yang di sekeliling diri dan kehidupan kita adalah alam kedamaian. Maka di situ kita mengalami diri dan hidup yang sesungguhnya. Hidup penuh gelora dalam kasih dan sukacita.

Citra persaudaraan dan rasa kekeluargaan mestilah kita bangun dan perjuangkan. “Semua adalah para sahabat kita. Dan karena itu, tidak boleh ada tempat dan ruang kosong sejengkal pun untuk lalulintas permusuhan.

Tetapi, mari taklukan diri kita sendiri, satu-satunya ‘musuh kehidupan kita’. Itu terjadi saat ‘diri kita sendiri menjadi kiblat segalanya’. Ketika diri kita sendiri yang gelisah dan cemas, sesama dikorbankan. Alam semesta menjadi tumbal keserakahan yang tidak pernah puas.

Marilah kita memandang sesama sebagai diri kita sendiri ‘yang hilang, dicari, dan berjumpa lagi’ di dalam  kerinduan yang penuh Kasih Sayang. Hemat saya, itulah arti “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”.

Tetapi marilah kita pandang alam semesta, lautan dan sungai, hutan dan padang belantara sebagai ‘orkes simphoni’. Di situ tertangkap nyanyian penuh dengan keaslian. Dan karena itulah tak boleh dibuat polusi oleh kejahilan tangan dan hati tak pernah tak ada rasa cukup.

Santo Fransiskus Assisi mengajarkan jalan hati yang penuh kesejukan, damai dan sukacita menuju semesta. Tetap ingat akan alarm sederhana jika ingin menuju kekudusan pribadi.”Saat kita melukai, merendahkan sesama, saat itu jembatan menuju kekudusan menjadi ambruk”. Memang kita mesti belajar menghargai dan menghormati sesama. Tanpa titik dan tanpa syarat. Sebab kita semua mesti berjuang agar jangan biarkan damai ini pergi.

Allah Bapa pembela kaum fakir miskin. St. Fransiskus Asisi menjadi miskin, hina dina seperti Kristus. Aku memohon, semoga aku bisa mengikuti langkahnya dan dengan gembira melakukan apa yang telah PutraMu, agar aku tetap bersatu dengan Dikau, bersukacita karena cinta kasihMu. Tuhan, semoga aku tetap tampil tenang, sabar, jujur, rela berkorban, selalu peduli pada situasi yang terjadi di sekitarku. Semoga aku hadir dalam hidup bersama hanya membawa damai bukan perpecahan, tidak menjadi beban hidup bagi orang lain. Semoga aku selalu tampil rendah hati, sederhana, dan dengan berani mengakui kelemahan, keterbatasan, kekurangan. Aku ini hanya debu tanah, alas kakiMu yang Kudus. Hanya Dikau andalan dan kekuatanku.

Salamku dalam kasih Yesus dari pastoran Sita. Berkat Tuhan, yang amat melimpah tercurah dalam Ekaristi Suci, tadi pagi lewat tanganku ini untukmu semua, yang amat dikasihi dan mengasihi Tuhan, pada Pesta Santo Fransiskus Assisi.

Tuhan memberkati.

DALAM YESUS SELALU ADA KEUTUHAN, KESATUAN DAN KEHIDUPAN YANG AMAN DAN DAMAI

Pesan Sabda Tuhan Hari Ini, Selasa, 3 Oktober 2023.

Romo John Samur, Pr

Pastor Paroki Sita Manggarai Timur

Keuskupan Ruteng

Selamat bertemu lagi di hari baru Selasa 3 Oktober 2023, pekan biasa XXVI, yang penuh berkat buatmu semua; ibu, bapa, saudari, saudara, para sahabat, kenalanku, para orang muda, anak-anak dan seluruh keluargaku di mana pun berada, yang sungguh saya kasihi dalam Tuhan kita Yesus Kristus.

Zakharia 8:20-23

Mazmur 87:1-3.4-5.6-7

Injil Lukas 9:51-56

Sejatinya Kita Hadir Demi Membawa Pesan Damai dan Kehidupan

“…datang bukan untuk membinasakan orang” (Luk 9:56). Bila kehadiran terasa dalam ancaman, siapapun dapat dipandang sebagai musuh. Bukan kah musuh itu mesti disingkirkan, dan bahkan dibinasakan?

Itulah kisah batin yang setuju atau tidak; teduh, tenang dalam keseharian. Kita sedikit pun tidak punya spasi aman di dalam diri. Namun repotnya ‘orang lain dipersalahkan’. Kurang bahagia dalam diri sendiri, orang lainlah yang dituduh sudah mencuri rasa bahagia itu.

Jika terlalu ‘menyudutkan dan merendahkan sesama; jika mudah bersikap kasar terhadap orang lain; jika memang terlalu menindas sesama dengan kata-kata tak pantas, itu tanda betapa sumpek dan pengaplah ruang batin kita. Kitalah orang yang dikepung oleh rupa-rupa ancaman yang sejatinya telah kita ciptakan sendiri.

Janganlah kita hadir dengan arus kebencian, kemarahan, kekasaran, kekerasan, dan provokasi, memecah belah hidup bersama, mengadu domba dan segala reaksi teramat negatif dalam hidup bersama dengan orang lain. Sebab, tak ada musuh yang harus dilindas tindas dan dihancurkan. Sebab dalam dan bersama Yesus kita telah menjadi pemenangnya.

Sebab itulah, Yakobus dan Yohanes tidak perlu begitu emosional untuk “turunkan api dari langit membinasakan orang-orang Samaria” (Luk 9:54). Dalam Yesus selalu ada ‘keutuhan, kesatuan dan kehidupan’ yang aman dan damai. Bukan sebaliknya demi kehancuran dan kematian.’

Dalam situasi apapun yang kita hadapi dan alami, mari kita menjalani hidup sebagai pemenang. Pemenang itu selalu membawa cinta kasih, sukacita, kesabaran, peduli, rela berkorban, tenang, tidak gegabah, tidak panik, selalu reka memaafkan, tampil dengan wajah yang selalu menyapa  Tidak perlu terus berwajah sangar dan penuh kebencian. Yang membuat kita ‘lupa bahagia dan lupa berceria.’

Tentu benar kata-kata Santa Bunda Teresa dari Kalkuta, “Jika anda menilai orang lain (menghakimi dengan caramu) anda tidak akan punya waktu untuk mencintai mereka” . Tentu seperti itulah, “Jika kita mengharapkan kutukan dari langit jatuh menimpah sesama, kita sungguh telah kehilangan kesempatan demi ungkapkan rangkaian kata penuh berkat baginya”.

Yesus, Tuhan yang kita imani, bukanlah Tuhan yang datang membinasakan, melainkan Tuhan yang memberi hidup dan memberi dalam segala kelimpahan. Tuhan Yesus datang untuk membawa pesan damai dan kehidupan bagi kita semua.

Tuhan Yesus, Engkau datang bukan untuk membinasakan, melainkan menyelamatkan aku orang berdosa ini. Aku memohon, semoga kedatanganMu ini, membuat aku dapat menjadi murid dan pengikutMu yang sejati, tidak takut dan gentar untuk mewartakan kabar sukacita,damai bagi sesama yang aku jumpai. Ya Tuhan, jadikan aku orang yang tampil tenang, sabar, peduli pada situasi di sekitarku, rela berkorban, berani akui kelemahan, kekurangan, keterbatasan, kesalahan dan mengoreksi diri supaya dari waktu ke waktu aku bisa belajar, mengambil hikmah. Semoga kehadiran dan tutur kataku semakin membuat orang lain merasa aman, damai, bersukacita, tidak menyusahkan. Semoga aku tidak menjadi orang yang sombong. Semoga aku jadi pribadi sederhana, rendah hati. Tuhan, aku ini hanyalah debu tanah, alas kakiMu yang Kudus. Aku tidak dapat berbuat apa-apa jika Engkau tidak hadir di dalam setiap aktivitasku. Engkau andalan dan kekuatanku.

Salamku dalam kasih Yesus dari pastoran Sita. Berkat Tuhan yang amat melimpah tercurah dalam Ekaristi Suci tadi pagi lewat tanganku ini untukmu semua yang amat dikasihi dan mengasihi Tuhan.

Tuhan memberkati.

KEMBALI KE DUNIA ANAK-ANAK YANG POLOS, LURUS DAN APA ADANYA

Pesan Sabda Tuhan Hari Ini, Senin, 2 Oktober 2023.

Romo John Samur, Pr

Pastor Paroki Sita Manggarai Timur

Keuskupan Ruteng

Selamat bertemu lagi di hari Senin, 2 Oktober 2023, Pesta Para Malaekat Pelindung, pada pekan biasa XXVI, yang penuh berkat buatmu semua; ibu, bapa, saudari, saudara, para, sahabat, kenalanku, para orang muda, anak-anak dan seluruh keluargaku di mana pun berada, yang sungguh saya kasihi dalam Tuhan kita Yesus Kristus.

Keluaran 23:20-23a

Mazmur 91:1-2.3-4.5-6.10-11

Injil Matius 18:1-5.10

“Sebab malaekat-malaekat mereka di surga selalu memandang wajah BapaKu yang di surga”(Mat 18:10). Telah lama dan telah sekian jauh kita berziarah di bumi ini. Kita ingin ‘mengalami Tuhan yang kita imani.’ Kita pun ingin ‘menjadi diri kita sendiri.’ Apa adanya.

Ada banyak hal indah yang kita alami. Dan ada banyak kebaikan yang kita ungkapan dalam hidup, kebersamaan.

Itulah sisi-sisi indah dari diri kita dan jalan kehidupan kita.

Tetapi tidak kah di dalam hidup, yang sering tidak mudah ini, kita terpeleset dalam ‘salah langkah dan salah arah?’ Kita tidak menjadi ‘seperti yang kita harapkan dan seharusnya’. Sebab kita ‘membungkus diri kita sendiri dan jalan hidup kita dengan begitu banyak hal yang tidak semestinya.’

Sejatinya kita perlu kembali ke ‘dunia anak-anak’ yang polos, lurus dan apa adanya. Kita mesti menatap kembali dunia anak-anak yang selalu bening, spontan, tak banyak hal ‘yang dibuat-buat’.

Perhatikan gaya dan isi cerita pada dunia anak-anak. Selalu apa adanya. Tanpa polesan sana-sini. Di situ ada kejujuran ungkapkan rasa. Bila menangis, ya menangis. Senyum dan tawa pun terungkap meledak tanpa tertahankan. Tanpa settingan sana-sini.

Dalam dunia dewasa ini, tangis dan tawa kita sudah dipelintir, didramatisir dan dipolitisir. Ada begitu banyak agenda tersembunyi yang kita bungkus. Ada banyak kepentingan yang kita simpan rapat serta rapat. Semuanya dalam jepitan kekuatiran dan serba was-was. 

Kita sudah tidak menjadi bebas, merdeka, ‘telanjang’. Sebab terlalu banyak ‘pakaian ini itu’ yang telah menekan dan menyamarkan ungkapan hati dan seluruh diri kita yang seharusnya penuh kecerahan. Senyum dan tawa hanya sekedar saja. Sebatas basa-basi. Jauh dari gelora dan gejolak jiwa. Dari jati diri kita, sudah kehilangan sinar, kehilangan binar.

Mari pandanglah ‘anak-anak dan masuklah dalam dunia mereka’. Semuanya demi merebut kembali ‘apa adanya kita’ yang sadar atau tidak, telah meredup dalam kebersamaan ini. Untuk menyambung kembali rasa di antara kita yang ‘timbul tenggelam’ diterjang gelombang penuh curiga dan rasa hati yang selalu ‘tidak baku enak’.

Marilah kita ‘meminjam dan memakai mata anak-anak’ supaya berceria dan berbinar-binar memandang satu sama lain. Untuk kemudian menatap pula wajah Kasih Bapa. Penuh harapan. Itulah ‘mata teduh, tenang para malaekat yang menuntun setiap langkah hidup kita.

Allah Bapa kami di surga. Engkau telah mengutus para malaekat untuk menjaga, melindungi aku. Semoga aku menyadari keberadaan dan kehadiran malaekat pelindungku setiap saat sehingga aku tidak mudah jatuh dalam dosa. Semoga hari ini aku tetap tampil tenang, sabar, berkorban, peduli pada situasi sekitar. Semoga kehadiranku dalam hidup bersama selalu bawa damai, sukacita, tidak jadi beban bagi orang lain, tidak menyusahkan orang lain. Semoga aku selalu berani dan jujur mengoreksi diri, merefleksi diri tentang keterbatasan, kelemahan, kesalahan, kekuranganku. Semoga aku menjadi orang yang selalu terbuka kepada semua masukan, perbaikan, koreksi demi kebaikan diri dan kepentingan di dalam hidup bersama. Semoga aku selalu rendah hati di dalam hidup bersama

Salamku dalam kasih Yesus untukmu semua. Berkat Tuhan yang amat melimpah tercurah dalam Ekaristi Kudus tadi pagi lewat tangan imamNya ini untukmu yang sungguh dikasihi dan mengasihi Tuhan pada pesta Para malaekat pelindung.

Tuhan memberkati.