TUAN, BUKAKANLAH KAMI PINTU

Renungan Katolik, Jumad, 26 Aguystus 2022

1Korintus 1:17-25
Mzr 33:1-2.4-5.10ab.11
Injil Matius 25:1-13

Romo John Samur, Pr

Pastor Paroki Sita Keuskuapn Ruteng

Selamat bertemu lagi di hari baru, Jumat 26 Agustus 2022, pekan biasa XXI, yang penuh berkat buatmu semua; ibu, bapa, saudari, saudara, para sahabat, kenalanku, para orang muda, anak-anak dan seluruh keluargaku di manapun berada, yang sungguh saya kasihi dalam Tuhan kita, Yesus Kristus.

“Tidak, jangan-jangan nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kalian…” (Mat 25:9). Pelita tanpa minyak yang cukup, jelas jadi masalah serius. Sebab, yang terpenting adalah minyak. Bahan bakar, yang membuat pelita tetap bertahan dalam nyala.

Pengantin pasti akan datang dan hari segera larut malam. Alam gelap  tentu tak terhindarkan. Sebab itu ‘pelita dan bahan bakar minyak,  mesti dipersiapkan, agar siapapun tidak tetap tinggal dalam kegelapan!

Kita tidak sekadar berjaga dan terus berjaga dalam kepasifan. Tetapi apakah yang mesti dipersiapkan agar bisa bertahan kokoh dalam penantian? Kelima gadis bijak adalah gambaran kearifan dalam menantikan kedatangan mempelai.

Gadis-gadis yang tidak bijak? Entahlah apa yang mereka persiapkan. Tak adakah kebijakan hati dan pikiran yang harus dipersiapkan? Tak ada minyak yang cukup telah menjadi alasan untuk gagal menyongsong mempelai. Dan gagal pula dalam sukacita bersama di perjamuan nikah.

Kita semua tinggalkan kesementaraan hidup ini adalah satu kepastian! Bahwa di suatu saat, mempelai akan datang, juga adalah kepastian. Setiap kita punya ‘kebebasan’ menjadi ‘bijaksana’ atau terlena dalam ‘kebodohan’ demi saat kepastian itu.

Minyak ‘iman, harapan dan kasih’ sungguh menentukan cahaya ‘pelita keselamatan’. Kita harus berjuang menjadi manusia ‘berpelita yang selalu bernyala dengan kekuatan minyak iman, harapan dan kasih’, agar kita terhitung dalam perjamuan nikah (Matius 25:10).

Sebab itu, mari kita berjuang menjadi bijak bagi diri sendiri. Hidup kita hanya sementara. Ada waktunya kita akan berlalu darinya. Tetapi, apakah kita mesti terserap oleh kepekatan kegelapan malam? Apakah kita hanya sebatas kelompok orang yang hanya berseru ‘Tuan, bukakanlah kami pintu?’ Dan ternyata tak hasil dan harus menjadi ‘kaum luaran’ dari ruang perjamuan nikah? 

Sebab itu, janganlah sebatas mengagumi indahnya bentuk pelita. Tetapi perhatikan juga dan terutama ‘bahan dasarnya’ agar ia tetap terjaga dan bertahan untuk bernyala. Sebab, terkadang ada banyak ‘pelita indah dan gagah terlihat luaran’. Namun sayangnya ‘ia tanpa cukup minyak demi kobaran api, nyala dan semangat yang harus terus bertahan’.

Semoga pelita dan lilin iman yang telah bernyala sejak saat pembaptisan, akan tetap bernyala dan terus bernyala. Hingga Tuhan datang dalam kemuliaan  dan kebesaran kuasa KerajaanNya.

Allah Bapa, yang Mahabijaksana, semoga aku selalu diberi kekuatan, kemampuan untuk menjadi pribadi yang taat dan setia serta selalu arif dengan tanpa henti mengisi hidup kami dengan hal-hal yang berkenan padaMu. Hanya Engkau andalanku dalam hidupku, tanpa Engkau, aku tak dapat berbuat apa-apa. Tuhan jagalah aku selalu.

Salamku dalam kasih Yesus dari pastoran Sita. Berkat Tuhan yang amat melimpah tercurah dalam Ekaristi Kudus tadi pagi, lewat tangan imamNya ini, untukmu semua, yang sungguh dikasihi dan mengasihi Tuhan.

Tuhan memberkati.

Tinggalkan komentar